Regret

653 73 49
                                    

Dua tahun berlalu, hari ini adalah tepat dimana juniornya Lev Haiba lulus dari Nekoma. Pria itu terlihat begitu tampan dengan balutan jas berwarna silver, selaras dengan rambutnya yang pirang dan disisir rapi.

Matanya yang lebar menelisik seluruh area sekolah, mencari objek yang ditunggu tidak kunjung datang. Pria itu sudah beberapa kali menghela napas, mengacuhkan orang-orang yang sedari tadi menyapanya.

Hingga beberapa saat kemudian manik abu miliknya menangkap siluet mungil tengah melambai. Lev tersenyum ceria, dengan langkah lebar ia meniti jalan menuju pria mungil itu. Memeluknya erat meski cacian keluar tidak lama setelahnya.

"Lev kau membuatku malu, tidak sadarkah semua orang melihat kearah kita?" ujarnya pelan. Pria pendek itu merapikan jas dan rambut panjangnya yang sedikit teracak.

"Kenma senpai, kau terlihat keren dengan jas warna hitam." ucap pemuda jangkung berdarah rusia itu tidak mengindahkan protes dari Kenma. Sedangkan pria yang bersurai panjang dengan warna pirang diujungnya hanya menggeleng.

"sepertinya setiap orang akan terlihat keren dengan segala hal berwarna hitam." ucap Kenma menanggapi perkataan Lev. Ia mengecek ponsel dan tersenyum saat mendapat email dari Hinata.

"kau tau Kenma senpai, aku sangat bersyukur melihatmu tersenyum kembali." ujar Lev yang membuat Kenma bergeming. Pria puding itu hanya tersenyum kecut. Membiarkan angin berhembus menggerakan helaian rambutnnya.

Lev menatap pemuda pendek itu iba, ia sebenarnya tahu jika Kenma masih belum
bisa melupakan Kuroo. Atau mungkin tidak akan pernah bisa melupakan mantan kapten tim voli itu. Terbukti saat ia mencoba menyatakan perasaan yang sesungguhnya, Kenma menolaknya begitu cepat.

"aku merasa tidak pantas mencintai orang lain selama Kuroo masih menetap dihatiku, entah sampai kapan tapi aku masih terus mencoba melupakannya Lev." perkataan yang terus terngiang. Membuatnya semakin merasa bersalah karena menyembunyikan fakta yang sebenarnya.

"apakah upacaranya masih lama? Aku belum sempat sarapan." ujar Kenma memecah lamunan pria bule itu. Lev mengangguk cepat, ia menggandeng Kenma dan membawanya keluar area sekolah.

"sepertinya kafe tempat kita nongkrong dulu masih buka, bagaimana kalau kita mampir dulu." ujar Lev meminta pendapat pada seniornya itu. Kenma hanya mengangguk setuju.

"dimanapun itu terserah, yang penting aku bisa mengisi perutku yang kosong." ucapnya pelan. Ia hanya mengikuti kemana Lev membawanya pergi, menunduk malu karena menjadi pusat perhatian.

Waktu semakin bergulir, keluarga Lev tidak banyak yang bisa hadir selain sang ibunda. Ia terlihat cantik dengan dress sederhana yang memiliki warna sesuai  dengan jas milik Lev. Lebih terlihat seperti seorang kakak ketimbang menjadi ibu. Sejujurnya Kenma merasa canggung, tapi bagaimanapun ia sudah berjanji akan menghadiri upacara perpisahan pemuda tiang itu.

"nak Kenma apa kesibukanmu sekarang?" ucap wanita paruh baya itu.

"hanya bekerja dan menyelesaikan tugas akhir bibi," ujar Kenma menanggapi.

"bukankah baru dua tahun kau lulus, tapi sudah mengerjakan tugas akhir saja." ucap wanita itu bergurau.

"Kenma senpai mempercepat kuliahnya bunda, bukankah itu hebat." Lev ikut antusias bergabung dalam percakapan. Ia bahagia saat melihat Kenma bisa akur dengan salah satu anggota keluarganya.

"itu sangat hebat nak, kau pasti memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Bisa bekerja sambil kuliah."

"Kenma senpai menjadi siswa terbaik di angkatannya, ia juga sudah menjadi CEO di perusahaan yang cukup terkenal di usia muda." ucap Lev bangga, ia tidak menyadari Kenma yang sudah berubah merah karena malu. Sedangkan sang ibunda Lev hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya.

"nak kau juga sangat cantik." ujar wanita paruh baya itu memancing. Kenma menyadari kemana arah pembicaraan itu. Ia baru saja ingin mengintrupsi namun terlambat karena Lev sudah menyela.

"tentu saja, Kenma senpai memang yang paling cantik." ujar pria jangkung itu dengan senyum lebar. Belum menyadari apa yang baru saja ia ucapkan.

Terjadi keheningan, Kenma menunduk dengan kedua tangan bertaut. Sedangkan sang ibu dari pria bule itu tersenyum menggoda.

Melihat Kenma yang menunduk Lev baru menyadari sesuatu, ia menggaruk tengkuknya kikuk.

"m-maksudku untuk seukuran pria Kenma senpai terlihat imut." kembali Lev menutup mulutnya. Disaat seperti ini omongannya akan sedikit melantur.

"itu memang benar Lev, ibu juga setuju." ucap wanita itu memberi kode, "kalau begitu nikmati waktu kalian, ibu akan pulang duluan. Lagipula sudah banyak foto yang kita abadikan."

Wanita itu berlalu dari hadapan keduanya, ia pergi keparkiran dan menaiki mobil yang ia bawa.

"Kenma senpai maafkan aku tidak bermaksud.."

"tak apa Lev, aku tahu kau orangnya seperti apa. Lagipula tidak berpengaruh apapun jika aku cantik atau imut, aku tetaplah seorang pria bukan?" ujar Kenma sambil tersenyum.

"biar kuantarkan pulang." ujar Lev memandang kearah Kenma yang tampak kelelahan. Sepertinya pria puding itu memforsir waktu kerjanya. Terlihat dari lingkar hitam dibawah mata dan tubuhnya yang sedikit mengurus.

Kenma mengangguk setuju, tidak ada percakapan sedikitpun didalam mobil.
Kecuali alunan lagu klasik dengan aroma lemon yang begitu ketara, mengingatkan pada seseorang yang sering membuatkannya lemon tea. Kenma bersadar, memandang keluar jendela dengan tatapan kosong.

Perasaan rindu yang membuncah tidak bisa ia pungkiri, chat yang tidak dibalas, telpon yang tidak diangkat dan kabar yang tidak kunjung datang. Kuroo seperti hilang ditelan bumi, bahkan tidak ada satupun anggota keluarganya yang memberitahu bagaimana keadaan Kuroo.

Kenma kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri, ia menduga-duga jika pria itu tidak mampu bertahan lalu meninggalkannya untuk waktu yang lama. Tapi dengan cepat Kenma menangkis pemikiran buruk seperti itu. Ia yakin Kuroo adalah pria yang kuat.

Yang ia rasakan sekarang hanyalah penyesalan, seandainya sejak dulu Kenma lebih perhatian kepada pria itu. Menyatakan kata cinta bahkan hanya untuk setiap pagi dimana ia membuka mata. Mungkin saja Kenma tidak akan sesedih sekarang.

"Kenma senpai," bisiknya pelan, namun suaranya mampu mengintrupsi lamunan pria puding itu.

"aku akan kembali ke Rusia untuk beberapa minggu, apa kau mau ikut?" ia meneruskan dengan hati-hati.

"aku sibuk,"

"hanya beberapa minggu, aku bisa mengajakmu jalan-jalan dan berwisata." ucapnya mencoba membujuk. Kenma menarik atensi dari pemandangan luar. Mengalihkan seluruhnya pada pria bule itu.

"aku tidak yakin," ujar Kenma masih mencoba menolak.

"aku ingin menunjukan sesuatu padamu," Lev bersuara parau. Ia tampak berkaca-kaca seperti bocah. Kenma menarik napas pasrah.

"aku akan mengecek jadwalku dulu."

🍮🍮🍮

"ayah lihatlah, Lev sudah benar-benar lulus." ujar seorang wanita dengan dress merah terlihat begitu cantik. Rambut pirangnya dibiarkan terurai. Ia munjukan layar ponsel pada sang ayah.

"anak itu benar-benar lulus, waktu terasa begitu cepat Alisa. Bahkan kau juga sudah mau bertunangan." ucap sang ayah terharu. Ia mengusap surai sang anak penuh sayang.

Alisa tampak begitu ceria, ia memandangi seorang pemuda dengan surai hitam pekat berkibas terkena angin. Dengan syal merah anggur dan coat coklat gelap. Pria dengan bahu yang sedikit mengurus itu menegang saat merasakan pelukan dari belakang.

"aku tidak sabar untuk hari pertunangan kita," ucapnya pelan. Tidak ada respon apapun, namun Alisa tetap mengeratkan pelukannya.

"apa kau juga merasakan hal yang sama Kuroo-san?"

-
Tbc.

Hurt [Kuroken][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang