Denial akan segala sesuatu merupakan hal termudah yang diambil oleh seseorang untuk menutupi kebenaran. Kenma hanya manusia biasa, ia lebih memilih cari aman jika dibandingkan harus menerima kemungkinan terburuk.
Syal merah anggur membelit leher, pipi memerah tertutup kain dan juga rambut yang terurai bebas. Pria puding itu mencuri pandang pada Kuroo yang masih sibuk mengangkut barang milik Kenma yang akan dimasukan kedalam apartemennya.
Pria jangkung itu antusias menawarkan tempat tinggalnya yang dianggap terlalu besar jika ditinggali oleh satu orang. Lalu kenapa pria itu memilih bertahan di apartemen itu dan bukannya mencari apartemen yang lebih kecil.
Kuroo itu terlalu transparan, jika bukan untuk pamer karena sudah bisa menghasilkan uang sendiri maka ia bermaksud mengajak Kenma tinggal bersama.
"aku akan membawa bagian itu." ujar Kenma sambil menunjuk kotak yang berukuran sedang.
"tidak perlu, kau pasti lelah. Sebaiknya segera masuk dan istirahat." ucap Kuroo menanggapi.
"kau juga pasti lelah Kuroo, setidaknya biarkan aku membantumu."
"Kenma, besok adalah hari pertama kau masuk kekampus. Sebaiknya kau beristirahat jika tidak mau terkena demam. Apa kau tidak menyadari wajahmu yang memerah?" ujar Kuroo sedikit garang.
"memangnya salah siapa!" Kenma menggerutu sambil berlalu menuju kedalam apartemen. Ia mencoba menutupi kedua pipinya yang ditanggapi kekehan oleh Kuroo.
Seperti biasa Kuroo cukup ahli mengurus sebuah tempat tinggal. Minimalis namun terasa begitu nyaman. Suhu ruangan diatur sedemikian rupa dengan aroma citrus yang menguar sesekali. Kenma tidak merasa asing, ia justru merasa pulang kerumah.
"aku menyediakan meja kerja dengan komputer baru untukmu, mungkin itu
akan berguna dan bisa membantumu.""kau membeli komputer untukku?"
"aku dapat bonus dari kerja sampinganku kemarin." Kuroo menggaruk tengkuknya kikuk. Ia tidak bermaksud menyinggung pria puding itu.
"aku akan menggantinya nanti." Kenma berkata singkat sambil menatap kearah Kuroo.
"tidak perlu, aku memang sengaja membelikannya untukmu."
"terima kasih." Kenma sedikit menyunggingkan senyum. Hal langka yang bisa Kuroo dapatkan dari sang sahabat. Ia sangat bersyukur setidaknya dinding es yang menjadi pembatas perlahan mulai mencair.
Hari sudah semakin sore saat Kenma mulai mengerjapkan mata setelah tidur sebentar. Badannya terasa lelah setelah menempuh perjalanan cukup jauh ditambah dengan kegiatan membersihkan dan merapikan kamar. Meski sebagian besar Kuroo yang mengerjakan.
Kenma menatap kearah luar jendela, pemandangan pohon sakura tanpa bunga menjadi background utama. Seperti biasa Kuroo selalu menyukai keindahan, aroma
alam menjadi favorite utama pemuda itu.Ia menyadari tidak ada yang berubah dari sahabatnya, ia masih tetap Kuroo yang dulu.
Tok tok tok
"Kenma apa kau sudah bangun? Aku menyiapkan ramen untuk makan malam." suara samar terdengar dari luar.
Kenma turun dari ranjang dan membuka pintu dengan rambut yang masih acak-acakan. Matanya setengah terbuka dengan kancing piyama terbuka sebagian.
"Kuroo." ujarnya dengan suara serak khas bangun tidur. Kenma merapikan sebagian rambut lalu berjalan kearah kasur sambil membereskan selimut yang baru saja ia gunakan.
Kuroo mengikuti Kenma dari belakang, ia mengambil alih pekerjaan membereskan bantal.
Suasana canggung seperti biasanya, hanya saja lebih terasa hangat sampai membuat Kuroo merasa begitu bahagia. Sahabat tersayang kini ada didepan mata, dengan gerakan malas dan piyama kebesaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Kuroken][COMPLETED]
FanficCerita ini bukanlah tentang perihal rasa sakit yang Kozume terima, tapi perihal jika ia telah jatuh cinta pada rasa sakit itu sendiri. [start : 20/10/2020 finish: 16/01/2021 Status : END] Warn! Yaoi/bxb! Bagi homophobic harap skip dan jangan memaksa...