kelulusan

987 120 13
                                    

Koridor sekolah begitu ramai, begitupula dengan aula tempat diadakannya acara perpisahan. Setiap siswa sibuk bercengkrama dengan keluarganya bahkan sebagian mulai mengambil gambar untuk kenang-kenangan.

Kozume terlihat begitu rapi mengenakan jas hitam dengan rambut disisir rapi dan terikat sebagian. Ia baru saja memasukan ponsel kedalam saku setelah mendapat ucapan selamat dari sahabat chibinya. Tidak ketinggalan Akashi juga baru saja mengirim pesan berupa video singkat bersama Bokuto.
Sepertinya Bokuto menyempatkan diri datang dipesta perpisahan Akashi.

"Kenma-san, apa yang kau tunggu-tunggu belum datang?" tanya Lev yang tiba-tiba muncul menutupi Kenma dari terik matahari. Pria berambut puding itu mendelik tajam.

"memangnya apa yang kutunggu?" ujarnya ketus.

"tentu saja Kuroo senpai." ucapnya sambil tertawa. Kenma pikir Lev sangat mengidolakan Kuroo karena apapun pembahasannya ia selalu mencantumkan nama jamet itu. Meski hanya sekedar meledek dirinya atau membahas tentang voli.

"aku tidak yakin dia akan datang, dia pasti sib..."

"Kenma!!"

Suara lantang dan juga tidak asing memekakan telinga, menjadi pusat perhatian yang tentu saja membuat Kenma merasa malu. Kuroo mendekat kearah mereka berdua, ia menatap kagum pada sang sahabat yang terlihat mempesona dan juga tampan (cantik).

Dengan cat rambut yang mulai pudar, netra yang terus menunjukan binar serta bibir plum kemerahan. Kenma seperti malaikat dimata Kuroo, ia layaknya kesempurnaan yang tidak tersentuh. Terlihat dingin namun memberikan kehangatan yang tidak akan orang lain fahami.

"kau terlihat bahagia Kenma." ucap Kuroo kemudian.

"aku tidak..."

"ya! Kau terlihat bahagia."

"aku tidak terlihat bahagia."

"kau terlihat bahagia."

Kenma memalingkan wajahnya sambil berdehem, sampai kapanpun perdebatan ini tak akan berakhir. Kuroo selalu memaksakan pendapatnya yang sulit dibantah. Kenma mengetahuinya dengan begitu baik. Lev yang mengerti jika senpainya butuh waktu untuk berdua segera pamit undur diri dengan alasan ada beberapa tugas yang perlu diselesaikan.

Kenma mencoba melarang, tapi tatapan Kuroo berkata lain dan meminta diberi waktu untuk bicara.

"selamat atas kelulusanmu." ujarnya pelan.

"terima kasih." Kenma menjawab dengan singkat. Kembali suasana menjadi hening dan canggung. Kejadian yang menimpa mereka sebelumnya cukup membuat dinding pembatas semakin tinggi.

"kudengar kau lulus dengan nilai memuaskan, aku bersyukur meski sebenarnya aku tidak perlu meragukannya." kembali Kuroo mencoba memecah suasana canggung. Kenma hanya menundukan kepala, rasanya ia ingin sekali segera memainkan video game disaat canggung seperti ini.

Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat, wajahnya terasa memanas hingga kepangkal telinga. Ia khawatir Kuroo bisa melihatnya dan membuatnya semakin merasa malu.

Kuroo memandangi sang sahabat lembut, "lalu apa rencanamu selanjutnya? Apa kau akan melanjutkan studimu di kampusku. Kita bisa tinggal bareng."

Pria jangkung itu terus berbicara tanpa memedulikan Kenma yang semakin memerah. Tinggal bareng dalam artian satu atap maksudnya? Bagaimana mungkin pria pirang itu berpikir jauh sampai kesana.

Tentu saja akan ada flat dengan sekat pembatas, ada apa dengan pemikirannya yang sangat dangkal.

"kurasa begitu," kembali Kenma menanggapi ucapan Kuroo dengan singkat.

Hurt [Kuroken][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang