Langkah kaki melambat seiring pintu rumah yang semakin mendekat. Otot kakinya terasa lemas seakan baru saja digunakan untuk melewati jalan yang berliku dan penuh dengan kerikil. Dengan berat hati pria pirang itu mendorong pintu dengan lemah. Tidak ingin menimbulkan suara derit sekalipun.
"aku pulang," ujarnya pelan.
Tidak ada sahutan, Kenma hanya menangkap suara nyaring dari teko yang menandakan jika air sudah mendidih. Ia menghampiri Kuroo yang masih berkutat didapur dengan beberapa cangkir yang berjejer dan sendok teh ditangannya.
Wajahnya tampak berkerut, menimbang ingin menyendok serbuk teh melati ataukah teh lemon. Ia tidak menyadari kdatangan Kenma bahkan mengabaikan suara teko yang semakin nyaring.
"Kuroo," tegur Kenma pelan. Kuroo segera berbalik kaget. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"kau sudah pulang?" ucapnya panik sambil mematikan kompor. Pria itu menyembunyikan cangkir lain lalu menyisakannya hanya dua. Membuat teh yang berbeda lalu membawanya keatas meja.
Kuroo terlihat sangat gugup, "silahkan tehnya sudah jadi. Aku membuat dua rasa, lemon dan juga melati. Kau bisa memilih salah satunya. Pasti bosan kan jika hanya meminum satu rasa yang sama setiap hari."
"Kuroo," Kenma mengintrupsi pria itu, ia melihat jelas jika Kuroo tengah gugup. Pria puding itu mendekat.
"aku menyukai teh lemon buatanmu, sejak dulu tidak akan pernah berubah. Tolong diingat lebih baik lagi." Kenma mengambil teh lemon dan meneguknya perlahan.
Kuroo bernapas lega, sejujurnya ia baru saja melupakan sesuatu yang penting. Pria jangkung itu mengambil ponsel lalu mencatat di aplikasi catatan digital.
"kau menulis catatan digital?" Kenma mencoba bertanya.
"hmm, belakangan ini aku sering sekali melupakan sesuatu." ujarnya menjelaskan. Terdengar santai seperti hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
"ah benar, aku juga sering menuliskan sesuatu didalam note." Kenma menanggapi, berusaha sekeras mungkin menutupi suaranya yang sedikit bergetar.
"Kenma-san, minggu depan aku ada janji menonton turnamen voli dengan Bokuto.
Apa tidak masalah kita melewatkan kembali kencan yang sudah dijanjikan?" ucap Kuroo was-was."tidak masalah, aku tahu Bokuto orangnya moodyan. Jika ia sedih karena sahabatnya tidak menonton pertandingan kurasa ia akan mengacaukannya." ucap Kenma tenang.
"terima kasih." Kuroo berkata perlahan. Ia mengusap rambut sang kekasih yang mulai memanjang. Ia pikir Kenma terlihat semakin cantik dibuatnya.
"apa kau ingin makan sesuatu yang berbeda? Kita bisa makan diluar. Aku yang akan mentraktirmu." ucap Kenma menawarkan. Kuroo terlihat berbinar, ia mengangguk antusias.
"apa kau mendapatkan bonus?" tanya Kuroo penasaran.
"hmm, perusahaanku sedang menjalankan project besar. Aku dapat bonus yang cukup banyak bulan ini." ujar Kenma menjelaskan.
"kau hebat Kenma-san, selalu berhasil membuatku bangga sekaligus iri." Kuroo terlihat begitu bersemangat.
"terima kasih,"
🍮🍮🍮
Galaksi sederhana, sebuah taman dengan lampu kerlap-kerlip ditata menghiasi batang pohon. Seperti festival seni atau bisa juga terlihat seperti lampu kota saat malam. Terlihat indah dengan Kenma yang menjadi objek utama.
"Kuroo apa ada sesuatu yang perlu kau bicarkaan?" ujar Kenma memulai obrolan.
Ia membalik daging panggang lalu menyimpannya di atas piring milik Kuroo. Ia juga melakukan hal yang sama terhadap piring miliknya yang masih kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Kuroken][COMPLETED]
FanfictionCerita ini bukanlah tentang perihal rasa sakit yang Kozume terima, tapi perihal jika ia telah jatuh cinta pada rasa sakit itu sendiri. [start : 20/10/2020 finish: 16/01/2021 Status : END] Warn! Yaoi/bxb! Bagi homophobic harap skip dan jangan memaksa...