Potongan buah persik beserta Lemon Tea yang sudah mendingin tertata apik di atas meja. Dengan salah satu gelasnya yang kosong dan juga bungkus puding yang tergeletak begitu saja. Tidak ada tanda kehidupan kecuali gemericik air keran dari arah dapur disertai bunyi khas piring yang beradu.
Kuroo meneliti seluruh ruangan setelah menyimpan sepatu kedalam rak. Membuka syal dan juga coat yang kemudian digantung
di tempat yang sudah ia sediakan."Kenma," ujarnya lirih dengan suara yang terdengar parau akibat tenggorokannya yang terasa kering karena salju tiba-tiba turun ditengah perjalanan.
"kau sudah pulang Kuroo-san, maaf aku tidak menunggumu sampai selesai. Biarkan aku membuatkanmu lemon tea sebentar." ujar Kenma yang muncul lalu hendak kembali lagi kedapur jika saja lengannya tidak dicekal.
"kau sudah membuatkan untukku satu." ucap Kuroo sambil menunjuk secangkir teh diatas meja.
"itu sudah dingin, aku akan membuatkanmu yang lebih hangat." Kenma mencoba melepas genggaman pria jangkung itu. Tidak ada raut kecewa, Kenma menunjukan ekspresi dingin seperti biasanya.
Pria bernama lengkap Kozume Kenma itu bergegas pergi setelah cekalan dari Kuroo melonggar. Menyiapkan secangkir lemon tea baru sebagai pengganti dari yang ia buatkan tiga jam lalu. Kuroo memerhatikan sahabatnya itu, adik kelas yang paling ia sayangi dan ia banggakan. Jika saja ia bisa menahan untuk tidak melakukan perbuatan gila dua tahun yang lalu maka hubungan keduanya mungkin saja akan tetap hangat.
"Kenma apa kau membenciku?" bisik Kuroo tepat ditelinga Kenma dengan kedua tangan melingkari pinggang sang sahabat. Pria puding itu sedikit tersentak, sebagian gula tercecer akibatnya. Ia sedikit menunduk saat Kuroo menciumi lehernya.
"aku tidak pernah membencimu Kuroo, hanya saja aku sedikit merasa takut dan khawatir." Kenma berucap pelan. Kuroo semakin mengeratkan pelukannya, inilah yang ia syukuri dari Kenma. Pria pendek itu adalah tipe orang yang blak-blakan saat mengucapkan sesuatu, lebih suka bernegosiasi daripada memendamnya sendiri.
"apa itu?"
"hubungan kita tidak wajar dibandingkan yang dulu." kedua pasang netra itu beradu. Hembusan nafas beraroma lemon itu terasa sedikit pekat karena jarak keduanya yang teramat dekat.
"tapi hubungan seperti itu tidaklah salah, bukan kita yang menghendaki perasaan seperti ini Kenma." ujar Kuroo meremas bagian lengan atas sahabatnya.
"lalu aku harus bagaimana Kuroo-san, aku lelah menanggung perasaan campur aduk ini. Aku takut atas kemungkinan buruk yang mungkin terjadi jika kita tetap meneruskan..."
Kenma seketika bungkam saat belah bibirnya di lumat begitu saja, ia menutup mata dan membiarkan Kuroo yang mendominasi semuanya.
Jari pria jangkung itu mengusap saliva yang tercecer, merambat kepipi yang memerah tertutupi rambut. Ia paling menyukai wajah Kenma yang seperti ini. Wajah ketika tersipu, menangis, tertawa dan kelelahan.
"kita hanya perlu menjalaninya." ujar Kuroo sambil mendekap Kenma erat.
Sore itu adalah sejarah dimana hubungan keduanya berkembang dengan begitu pesat. Hati terasa menghangat meski salju sedang turun. Ia bersyukur Kenma menerimanya setelah beberapa tahun hubungan keduanya merenggang.
✨✨✨
Hari sudah larut saat Kenma masih sibuk bermain game di ponsel miliknya. Ia tidak memedulikan wajah masam yang menatap tajam kearahnya.
"Kenma cepat tidur nanti kau mengantuk besoknya." ujar Kuroo mulai kesal.
"aku masih libur Kuroo-san, lusa aku baru masuk kuliah untuk pengenalan maba." Kenma menyahut tanpa menolehkan wajah.
Kuroo semakin kesal, ia melempar diri kearah Kenma lalu menubruknya hingga terlentang. Ponsel yang sedang dipegang pria puding itu terlempar cukup jauh dan tergeletak tak berdaya.
Cup cup cup
Dahi, pipi, hidung dan kelopak mata menjadi sasaran ciuman pria jangkung itu. Kenma hanya memandang datar sebagai tanggapan.
"ucapan selamat malam dan selamat tidur."
Cup
"hmmphh Kuroo." Kenma mencoba berontak saat pria diatasnya melumat bibirnya rakus.
"itu sebagai hukuman karena tidak mendengarkan senpaimu ini." Kuroo tertawa puas saat melihat Kenma yang memerah. Ia segera berlari keluar kamar karena takut jika pria pendek itu semakin marah. Hatinya begitu berbunga, ia sepertinya berada dalam mood yang baik hingga tidak terlalu memerhatikan langkah dan berakhir jatuh dilantai.
"kau tidak apa? Apa kau terluka?" Kenma segera mebghampiri lalu menunduk khawatir, ia takut jika Kuroo benar-benar terluka. Rambut panjang yang tidak diikat justru menutupi wajah dan membuat Kuroo semakin gemas. Pria jangkung itu menyelipkan rambut Kenma kebelakang telinga.
"aku tidak apa-apa, aku hanya bahagia." Kuroo tersenyum lembut membuat Kenma semakin memerah.
"bodoh." Kenma bangkit lalu kembali kekamar. Terdengar bantingan pintu yang cukup keras dan sukses membuat Kuroo terbahak. Ia tahu Kenma itu peduli hanya saja terlalu gengsi.
Pagi itu begitu cerah, Kuroo tersenyum lebar saat Kenma keluar dengan piyamanya.
Sebaliknya Kenma memandang pria jangkung itu heran."bukannya kau ada kelas pagi?" Kenma menghampiri pria itu lalu mengambil sandwich dari atas piring. Sepertinya Kuroo
yang menyiapkannya."aku ingin bersama Kenma satu hari saja, besoknya pasti akan sangat sibuk." ujarnya
tanpa berdosa."tidak harus seperti itu, kita akan bertemu setiap hari Kuroo-san. Sebaiknya kau segera bersiap dan cepat berangkat." Kenma menarik baju Kuroo agar pria itu segera bangkit. Namun perbedaan tenaga keduanya cukup jauh sehingga tidak ada hasil sama sekali.
"aku sudah menitip absen pada Bokuto, lagipula aku sudah telat hampir satu jam setengah. Tidah mungkin aku bisa masuk kekelas." perkataan pria itu membuat
Kenma menghentikan kegiatannya."lalu apa yang kau inginkan sekarang."
"bagaimana dengan jalan-jalan. Aku akan menunjukan tempat yang bagus." Kenma
memandang Kuroo malas."terserah." sekali lagi Kenma melemparkan kalimat andalannya ketika malas berdebat dengan pria dihadapannya.
Kenma kembali kekamar untuk bersiap-siap, begitupun Kuroo yang mengekori pria itu dari belakang. Kedua mata Kuroo berbinar, ia begitu bahagia melihat Kenma yang berjalan tepat dihadapannya. Tidak pernah terbayang jika semua akan berakhir seperti ini.
"kenapa kau mengikutiku?" Kenma berujar sinis.
"kamar kita sebelahan." Kuroo membalas dengan cengiran.
Kenma mempercepat langkahnya, begitu juga dengan Kuroo.
"kenapa kau masih mengikutiku?" Kenma berhenti lalu memandang Kuroo tajam.
"bukankah jika mandi bersama akan lebih cepat?" Kuroo mengatakannya dengan senyum cerah.
"kita punya kamar mandi masing-masing." ucap Kenma malas.
"tapi kalau bareng kita bisa saling menggosok."
"terserah." Kenma berujar malas lalu segera masuk kekamarnya diikuti Kuroo yang berjalan penuh semangat.
-
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Kuroken][COMPLETED]
FanfictionCerita ini bukanlah tentang perihal rasa sakit yang Kozume terima, tapi perihal jika ia telah jatuh cinta pada rasa sakit itu sendiri. [start : 20/10/2020 finish: 16/01/2021 Status : END] Warn! Yaoi/bxb! Bagi homophobic harap skip dan jangan memaksa...