kebenaran

598 79 11
                                    

Kuroo terus saja kepikiran tentang pria mungil yang dibawa oleh Lev, terasa sangat familiar bahkan hampir saja pria itu memenuhi seluruh isi kepalanya. Namun sebanyak apapun ia mencoba mengingat hasilnya tetap nihil.

Ia bangkit untuk melihat semua barang miliknya dulu, mungkin saja disana ada petunjuk. Kuroo membongkar kotak yang disimpan diatas lemari, didalamnya terdapat jaket merah bertuliskan Nekoma, bola voli dengan berbagai  coretan dan juga seragam SMA.

Sebuah foto berisi perkumpulan orang yang tengah melakukan pesta barbeque bertuliskan training camp diatasnya. Kuroo melihat satu persatu wajah yang ada di foto itu hingga pandangannya terjatuh pada pria mungil yang ia rangkul. Begitu menggemaskan dengan muka masam yang mendelik kearahnya.

"ternyata kita cukup dekat, lalu mengapa ia  terlihat sangat sedih saat mendengar aku akan bertunangan. Bukankah jika kita sahabat seharusnya ia bahagia?" gumamnya pelan. Berbicara tentang sahabat? Apa mereka dulu bersahabat. Terlihat akrab disebuah foto belum berarti mereka bisa sedekat itu.

Tuk

Sebuah benda persegi terjatuh saat ia kembali membongkar semua barang, ponsel yang berdebu tergeletak dilantai. Ia mengambilnya lalu membersihkan semua debu dengan tisu.

"semoga ini masih berfungsi." ujarnya sambil mengambil kabel charger. Kuroo berbinar saat ponsel itu mulai mengeluarkan cahaya, ia masih setia menunggu hingga beberapa saat.

Namun sayangnya ponsel itu memiliki kunci layar. Kuroo begitu kecewa, hanya saja loocksreen yang tertera membuatnya sedikit terkejut. Ia memeluk dan mencium Kenma dari belakang dan Kenma sedikit memerah seeperti habis menangis.

Bukan tangisan sedih karena pria mungil itu terlihat bahagia, 'happy graduation' coretan diatasnya mengingatkan akan sesuatu.

"Kenapa aku tiba-tiba merindukannya?" ujar Kuroo dengan suara bergetar. Sebaiknya ia harus segera memastikan dengan bertanya langsung pada Kenma. Kuroo membawa syal tambahan dan juga hotpack, mungkin Kenma saat ini tengah kedinginan karena datang di cuaca yang kurang tepat.

Namun niatnya terhenti saat mendengar suara putus asa dari balik pintu dimana Kenma tidur. Ia bergeming saat mendengar namanya disebut. Kenma terdengar begitu terluka saat ini. Sebenarnya apa yang telah ia lakukan sehingga membuat pria manis itu bersedih.

"aku ingin pulang," suara samar terdengar. Kuroo merasakan dadanya sakit, seketika perasaan rindu membuncah. Mendengar pria puding itu memangis membuat hatinya terasa amat sakit.

"aku tidak ingin mengacaukannya karena keegoisanku, kumohon Lev." Kuroo mengeratkan kepalan tangannya. Seberapa parah pria bersurai panjang itu terluka. Ia merasa tidak terima, mungkin saja ada banyak hal yang ditutupi keluarga ini.

"aku merindukanmu Kenma, entah mengapa aku sangat merindukanmu." Kuroo berkata parau, ia membawa kembali syal dan hotpack kekamarnya. Memandang gundukan salju yang mulai tebal.

Hari semakin malam, udara terasa begitu dingin meski salju mulai berhenti turun.
Kuroo pergi kedapur untuk membuat kopi,
mendapati Lev tengah melamun dengan teh dan perasan lemon disamping cangkir.

"kau melamun?" ucap Kuroo yang berhasil mengejutkan pria Rusia itu.

"tidak ada Kuroo-san, aku hanya..."

"sebenarnya apa yang kalian sembunyikan dariku? Rasanya sangat janggal saat aku mulai menerima dan menjalani semuanya." ujarnya pelan. Kuroo menatap pria yang lebih tinggi darinya itu intimidasi.

"katakan dengan jujur, apa hubunganku dengan pria bernama Kenma itu?" ucapnya penuh penekanan.

"a-apa maksudmu Kuroo-san, aku tidak mengerti." Lev menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"saat mendengarnya menangis, hatiku terasa begitu sakit. Kumohon aku hanya ingin tahu apa hubunganku dengannya?" ujar Kuroo parau. Ia memandang kearah kamar dimana Kenma istirahat.

"kita satu team di club voli dulu, Kenma senpai menjadi setter dan kau menjadi kapten. Kita semua cukup dekat." ucap Lev menjelaskan. Namun tampaknya Kuroo masih belum puas dengan jawaban pria bule itu, ia mebawa cangkir berisi kopi panas lalu duduk diatas sofa.

"aku merasa kami lebih dekat dari itu," Kuroo merebahkan badan lalu menutup mata. Lev memandang pria itu iba, apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tidak ingin Alisa terluka, tapi bagaimana dengan Kenma dan juga Kuroo. Lev pernah mencoba mengisi hati Kenma kembali, namun sepertinya ia tertolak.

Tidak, sejak pertama bertemu ia sudah jatuh cinta pada kakak kelasnya itu. Namun ternyata hati pria puding itu telah terisi oleh teman masa kecilnya.

Sejak dulu Lev sudah kalah, "sebenarnya aku.."

Lev mengepalkan tangannya ragu, apakah ini keputusan yang tepat. Jika ia menceritakan hal yang sebenarnya maka semua akan baik-baik saja.

"haaah aku lelah, Lev tolong buatkan kopi untukku." Alisa datang mengintrupsi. Wajahnya terlihat begitu lelah setelah pulang bekerja, namun ia segera berubah sumringah ketika melihat Kuroo.

"kamu belum tidur sayang, kenapa malah minum kopi? Kau akan semakin kesusahan untuk tidur." ucap Alisa duduk dipangkuan Kuroo.

"cepat mandi dan istirahatlah." ujar pria itu parau. Ia memindahkan Alisa ketempat lain  lalu bangkit dan kembali kekamarnya.

"kakak sepertinya aku harus memberitahukanmu sesuatu."

"apa sih, kenapa Kuroo seperti itu padaku? Apa yang sebenarnya terjadi." ujar Alisa geram.

"kakak dengarkan aku."Lev meninggikan nada bicaranya.

"apa?" Alisa tidak terima dengan bentakan dari sang adik. Ia baru saja pulang kerja tapi malah diacuhkan oleh Kuroo bahkan dibentak oleh adiknya sendiri.

"aku mau tidur, ceritanya besok saja." Alisa menghentakan kaki kesal. Lev hanya menghela napas dan mengacak surainya kasar.

🍮🍮🍮

Hari ini sedikit lebih cerah meski suhu masih terasa dingin. Kenma segera bertanya apakah Lev sudah menyiapkan segala sesuatu agar ia bisa segera kembali ke Jepang.

Namun jawabannya sedikit mengecewakan, jadwal penerbangan kacau karena ada badai. Kenma menurunkan bahu lesu, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan disini.

Terlalu sakit jika harus selalu menyaksikan kemesraan Kuroo dan Alisa setiap harinya. Dulu memang Kenma menginginkan semua itu terjadi, tapi setelah apa yang sudah ia lewati bersama Kuroo justru kedekatan mereka membuatnya cemburu.

Kenma menyusuri jalanan yang lengang dengan tumpukan salju dipinggirannya.
Mata kucingnya mendapati sebuah toko coklat menyatu dengan sebuah kafe. Ia perlahan masuk kedalam, suasananya lebih hangat daripada diluar.

"ada yang bisa kubantu?" ujar pelayan disana. Kenma sedikit gugup karena ia sama sekali tidak mengerti yang ia ucapkan.

"apa kau bisa berbahasa inggris aku.."

"ah aku mengerti, kau orang Jepang. Kalau begitu apa kau mau memesan sesuatu?" ujar pelayan itu dengan bahasa Jepang yang cukup fasih.

Kenma tersenyum singkat. "satu cup lemon tea dan satu porsi pie apple." ujarnya lembut.

"kalau begitu silahkan cari tempat duduk dan tunggu sebentar." ujar sang pelayan ramah. Kenma membungkukan badan lalu duduk dipojokan kafe. Ia memandang kearah luar.

"sebegitu kecewanya karena tidak bisa kembali ke Jepang ya? Kau terlihat sangat sedih." ujar seseorang mengintrupsi. Kenma menegang mendengar suara familiar ini. Ia segera mengalihkan atensi pada pemuda jangkung yang sudah duduk dihadapannya.

"Kuroo?"

-
Tbc


Hurt [Kuroken][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang