Dua tahun terasa begitu panjang. Berbagai teknik pengobatan, terapi dan penggunaan alat medis yang canggih telah dilakukan. Akhirnya Kuroo bisa kembali bangkit meski tidak sepenuhnya pulih. Ia bisa melakukan kegiatan seperti biasa meski dengan berbagai batasan tertentu, ditambah lagi pria jangkung itu sedikit melupakan masa lalu.
Rusia cukup asing untuknya, namun karena ia sudah lama tinggal disana setidaknya Kuroo mulai terbiasa. Berbagai macam orang dengan rambut serta kulit putih terus saja berbicara sesuatu yang tidak ia fahami. Hatinya sedikit merindu kampung halaman, Kuroo penasaran bagaimana keadaan disana.
"kau sedang melihat berita luar lagi sayang?" ujar Alisa muncul dengan dua cangkir coklat panas ditangannya.
Kuroo masih bergeming, pria itu memang sedikit kehilangan minat untuk berbicara banyak. Ada kehampaan yang mendominasi hatinya, seperti sesuatu yang salah namun Kuroo tidak bisa menebak apa itu.
Alisa tersenyum kecut, dipeluknya Kuroo dari belakang setelah ia meletakan cangkir diatas meja.
"aku akan menjemput Lev dibandara, apa kau akan ikut?" ujarnya lembut. Dihirupnya aroma sang calon tunangan. Pria yang membuatnya tertarik semenjak pertama bertemu, pria yang baik hati membantunya tanpa pamrih. Serta pria yang tidak pernah ia ketahui tentang hidupnya meski sudah lama hidup bersama.
"adikmu yang tinggal di Jepang?" tanyanya pelan.
"benar, dia juga adik kelasmu dulu. Kalian satu team di club voli, pasti menyenangkan jika bertemu teman lama." ucap Alisa bersemangat.
Kuroo hanya mengangguk singkat, mungkin ia bisa menanyakan sesuatu padanya nanti. Tentang kehidpuannya dan tentang sesuatu yang terlupakan.
"kalau begitu bersiaplah, aku akan mengganti baju dulu. Jangan lupa gunakan pakaian tebal karena diluar sangat dingin." ucap Alisa sambil berlalu.
Jam menunjukan pukul sembilan pagi, ini merupakan jadwal pendaratan pesawat yang digunakan adik kandung dari wanita bule itu. Namun sepertinya jadwal sedikit berubah karena kendala badai salju. Kuroo sedikit mengeratkan mantel, suhu semakin dingin seiring berjatuhannya butiran es yang lembut.
"aku akan membeli kopi dulu, kau tunggu disini Kuroo-san." ujar Alisa mengintrupsi.
Kuroo hanya mengangguk menanggapi wanita itu, ia kembali fokus menatap beberapa orang yang terus berlalu-lalang seperti tidak ada waktu untuk bersantai. Beberapa menit berlalu Alisa masih belum kembali. Kuroo mendapati siluet yang berperawakan tinggi melambai. Sepertinya orang itu mencapai dua meter.
Namun yang membuatnya tertarik adalah siluet mungil dengan balutan sweater serta mantel yang cukup tebal dengan hodie yang menutupi wajah. Terlihat menggemaskan saat tangan pendeknya tenggelam oleh sweater dan memeluk tas yang cukup besar.
"Lev kau sudah datang?" Alisa datang dari arah belakang Kuroo dan berlari untuk memeluk Lev.
"kakak kenapa kau mengajak Kuroo, ini terlalu mendadak. Bagaimana aku menjelaskan semua pada Kenma sen-" belum selesai Lev berbicara Alisa menarik lengan Kuroo lalu berbicara pada Kenma yang masih belum sepenuhnya sadar.
"Kenma-san kau datang, apakah kau akan menghadiri pertunangan kami?" ujarnya semangat. Lev membeku, begitu juga Kenma bergeming untuk beberapa saat.
"pertunangan?"
"ya! Aku dan Kuroo akan bertunangan seminggu lagi." Alisa tampak begitu bahagia. Kenma memandang Kuroo yang masih setia menatapnya, ia sedikit terkejut untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Mungkinkah semua orang mencoba menyembunyikan Kuroo untuk menutupi
fakta ini? Mungkinkah penantiannya selama ini sia-sia."Lev sepertinya aku sedikit lelah, bagaimana jika kita segera beristirahat." ujar Kenma lelah. Matanya sedikit berkaca dengan hidung yang memerah. Udara semakin dingin sampai membuat Kenma merasa beku.
"aku akan membawakan tas milikmu." ujar Kuroo lembut. Ia mengambil alih tas dari genggaman Kenma dan mengangkatnya enteng. Kenma semakin bergeming setelah mendengar bariton yang selalu ia rindu.
"Lev kumohon aku lelah," Ucapnya lemah. Lev merangkul pundak pria puding itu, mengusap punggungnya pelan lalu membisikan kata maaf.
Kuroo menatap kedua pria itu, entah mengapa hatinya sedikit sakit melihat Kenma yang murung. Ia juga sangat tidak suka saat pria jangkung itu memeluknya posesif.
🍮🍮🍮
Kenma berbaring dengan balutan selimut tebal, ia terus saja terisak selama beberapa jam. Kenma bersyukur jika Kuroo baik-baik saja. Namun yang membuatnya bersedih adalah Kuroo berubah seperti orang asing. Menatap dengan tatapan yang begitu berbeda.
Bertunangan, memang seharusnya itu yang terjadi. Sangat normal jika Kuroo menikahi gadis cantik seperti Alisa. Tapi entah mengapa semuanya terasa begitu mendadak, Kenma merasa benci pada dirinya sendiri.
Mungkin Alisa menyaksikan bagaimana perjuangan Kuroo untuk kembali sembuh, berada disisinya dan merawatnya sepanjang waktu. Sedangkan ia hanya bisa hidup dalam keterpurukan meratapi perbuatannya dimasa lalu.
"seandainya dulu aku lebih memperhatikan Kuroo." gumamnya pelan. Kenma memandang kearah jendela. Salju turun semakin lebat. Mungkin gundukan es sudah menumpuk diluar.
"Kenma senpai aku masuk," ujar seseorang dari luar. Kenma tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia sibuk tenggelam didunianya sendiri.
"Kenma senpai makanlah dulu, kau pasti demam karena belum terbiasa disini." ujar Lev melanjutkan. Ia menata semangkun bubur dan teh lemon diatas nakas.
"sebenarnya apa tujuanmu mengajakku kesini?" ujar Kenma parau. Suhu tubuhnya meningkat menyebabkan pipi menjadi merah.
"aku,"
"kau ingin menunjukan jika Kuroo masih hidup dan sebentar lagi akan menjadi kakak iparmu begitu? Lalu kenapa kau menutupinya dari dulu. Aku cukup bahagia hanya mendengar ia baik-baik saja. Kau tidak perlu repot-repot mempertemukan kami." ujar Kenma semakin parau karena air matanya tidak bisa dibendung.
"maafkan aku Kenma senpai, semuanya terasa sulit untukku. Aku mengagumi Kuroo senpai, aku menyayangimu dan aku juga tidak bisa menyakiti kakakku. Maafkan aku senpai." Lev memeluk bagian pinggang dari pria pendek itu. Ia menangis sesegukan.
"kalau begitu biarkan aku kembali ke Jepang besok." ujar Kenma pelan.
"kenapa? Kau sedang sakit."
"aku baik-baik saja, kumohon Lev. Aku tidak ingin menjadi pengacau hanya karena aku tidak bisa menahan keegoisanku." ujar Kenma menangis. Ia menghapus air matanya kasar. Begitu banyak momen manis yang terlewat bersama Kuroo. Sangat sulit menahan perasaan yang membuncah ketika ia tahu Kuroo dekat dengan dirinya namun begitu sulit untuk digapai.
"kumohon Lev, aku.." Kenma tidak bisa meneruskan perkataannya.
Kenma bahkan tidak bisa memikirkan tentang tujuan awal ia kemari. Pergi berkeliling untuk mengunjungi tempat wisata disana. Yang ia inginkan sekarang adalah kembali ke Jepang.
"kalau begitu makanlah agar kau cepat sembuh. Aku tidak akan tega membiarkanmu pergi dalam keadaan sakit." ujar Lev mengambil bubur dari atas nakas.
Keduanya tenggelam dalam keheningan, tidak menyadari seseorang mengepalkan dibalik pintu. Ia mengeratkan mantel dan bergegas pergi dari tempat itu, memeriksa ponsel untuk melihat Lookscreen yang tertera disana.
"Kenma aku merindukanmu," ujarnya dengan berbagai perasaan yang berkecamuk.
-
Tbc.Ket.
Penjelasan tentang penyakit, ilmu kedokteran dan penjelasan obat hanya berasal dari saya membaca definisi di google sekilas. Jika ada kesalahan mohon dimaklumi karena saya tidak ada basic dibidang itu.Jika menurut definisi penyakit yang tertera dalam cerita tidak bisa disembuhkan, maka disini tidak akan begitu sesuai.
Karena apa? Request kalian jangan sad ending. Ditambah saya juga tidak terlalu suka sad end. Jadi intinya apapun bisa terjadi di fanfict CiA.
Terima kasih
![](https://img.wattpad.com/cover/244863956-288-k50847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Kuroken][COMPLETED]
FanfictionCerita ini bukanlah tentang perihal rasa sakit yang Kozume terima, tapi perihal jika ia telah jatuh cinta pada rasa sakit itu sendiri. [start : 20/10/2020 finish: 16/01/2021 Status : END] Warn! Yaoi/bxb! Bagi homophobic harap skip dan jangan memaksa...