- 05 ; destiny -

719 135 25
                                    

Hap

"Dapet!"

Setelah bersusah payah, Yedam akhirnya mendapatkan buku yang sedari tadi diincarnya. Ia sedang di perpustakaan kota omong-omong.

Dengan alasan ingin mencari buku untuk belajar, Yedam akhirnya bisa keluar rumah. Walau hanya ke perpustakaan kota. Itu sudah cukup. Lagi pula, perpustakaan kota itu tempat yang menyenangkan.

Ada banyak buku fiksi favorit Yedam yang belum sempat ia beli. Karena membaca e-book membuat matanya lebih mudah lelah, Yedam memilih membaca langsung dari buku.

Kan?

Dan sekarang, Yedam sudah mendapatkan tiga buku fiksi bergenre magic-action. Ia kurang menyukai romance. Menurutnya, terlalu berlebihan.

Padahal alasan utamanya adalah, mudah baper. Baper karena tulisan fiksi rasanya memalukan bagi Yedam.

Yedam melangkah perlahan agar tidak menimbulkan suara berisik yang mengganggu pengunjung lain. Ia menoleh ke sana kemari mencari tempat kosong di dekat jendela. Duduk di samping jendela adalah hobinya.

Karena ini hari libur, perpustakaan jadi lebih ramai. Yedam harus berjalan mengelilingi perpustakaan demi menemukan space untuknya. Ingat, hanya di dekat jendela. Jika tidak ada ia akan meminjam buku saja dan membawanya pulang.

Yah, tapi dewi fortuna berpihak padanya.

Masih ada satu kursi kosong di dekat jendela. Tapi ada seseorang lainnya yang duduk di sana dengan sebuah masker menutupi hidung hingga mulut pemuda itu.

Tak ingin pusing mencari tempat lagi, Yedam pun memutuskan untuk berjalan mendekati meja dengan dua kursi berhadapan , tepat di samping jendela.

Setelah memberanikan diri, ia pun berseru pelan pada orang tadi.

"Permisi. Maaf mengganggu. Apa aku bisa duduk di sini?" tanyanya sopan.

Pemuda tadi yang tengah fokus membaca buku miliknya dan menuliskan beberapa hal pada buku-bukunya, menoleh. Terlebih ia seperti mengenal suara Yedam.

Benar saja. Ia kenal. Begitu pula Yedam yang mengenali tatapan orang di hadapannya.

"Eh, Haruto? Suatu kebetulan bertemu denganmu di sini,"

"Saya- berpikiran sama," ujar Haruto.

Yedam tersenyum. "Jadi, aku bisa duduk di sini?" tanyanya lagi.

"Sunbae gak perlu tanya sih. Harusnya saya yang tanya, apa sunbae gak masalah duduk sama saya?"

Yedam memiringkan kepalanya. Maksud Haruto apa ya? Jangan bilang- Haruto tau lagi kalau Yedam cucunya pemilik sekolah Treazure High School. Terus, Haruto merasa tak pantas duduk di dekat Yedam. Wah, masalah ini mah.

"Eh- mau kemana?" tanya Yedam yang terkejut melihat Haruto membereskan barangnya.

"Pindah. Sunbae bisa duduk di sini," ujar Haruto sembari beranjak.

Tapi, belum ia melangkah, Yedam berdiri di hadapannya. Menghalangi jalan Haruto.

"Sini aja! Jangan pindah. Kan kamu juga yang di sini pertama," seru Yedam dengan garis bibir melengkung ke bawah.

"Tapi-"

"Kalau emang aku gak boleh duduk sini, ya- yaudah aku aja deh yang pergi," kesal Yedam yang kemudian berbalik. Hendak menjauh.

Hap

Tapi kalah cepat dengan gerakan Haruto yang menahan tangannya.

"Kajima. Sunbae- bisa duduk sini. Oke, saya gak akan pindah," spontan Haruto.

•Different•  [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang