Yedam terlihat begitu asik bertukar pesan dengan seseorang di aplikasi chat yang ada di ponselnya. Berbeda dengan Haruto yang hanya duduk diam memperhatikan Yedam.
Ia benar-benar tak bisa kabur. Terlebih, setelah ia tak sengaja mendapati Yedam berbicara dengan pemilik apartemennya tentang biaya sewa. Yedam memberikan sebuah cek pada pemilik apartemennya. Feeling Haruto, Yedam melakukan kebaikan lain untuknya.
Ia harus memastikannya nanti.
Dan sekarang, ia hanya bisa mengikuti Yedam kemanapun namja itu ingin pergi. Sebenarnya, Haruto mulai memikirkan ini. Apa yang membuat Yedam sangat ingin pergi main dengannya? Haruto bahkan tak tau bagaimana cara bergaul dengan ramah seperti yang Yedam lakukan. Sekedar senyum saja, Haruto jarang.
"Ne, Haruto. Boleh ku minta nomor ponselmu?" tanya Yedam yang membuat lamunan Haruto buyar.
Yang ditanya menggeleng. "Aku tak punya ponsel,"
Yedam menganga mendengarnya. Demi apa. Setaunya, semiskin apapun orang, bahkan jika itu ponsel jadul pun, mereka punya.
"Ponselku ku sudah lama ku jual untuk beberapa kepentingan," jelas Haruto yang merasa Yedam meminta penjelasan.
Yedam mengangguk paham. Ia tersenyum pada Haruto dan kemudian mencondongkan tubuhnya kedepan. Bermaksud bicara dengan supirnya.
"Setelah dari tempat Jennie noona, nanti ke tempat Jiwon hyung sebentar ya."
"Siap, tuan muda!"
Haruto hanya diam memperhatikan. Ia tak mengerti. Jadi ia hanya bisa diam.
Tak lama, mobil Yedam pun sampai di sebuah tempat yang jelas tak Haruto kenal. Ia tak pernah pergi jalan-jalan. Okay.
Yedam segera turun dan menarik Haruto masuk ke tempat itu.
Di dalam, Haruto cukup terperangah menatap sekitarnya. Ini butik atau apa?
Yedam lalu pergi menuju eskalator. Dengan Haruto tentunya. Haruto menahan diri untuk bertanya. Sungguh.
Dan saat keduanya sampai di lantai dua, Yedam kembali menarik Haruto menuju seseorang yang sedang berbincang dengan karyawan di sana.
"Jennie noona!"
Merasa terpanggil, sosok wanita bernama Jennie itu menoleh. Tersenyum penuh arti saat melihat Yedam datang dengan seseorang dibelakangnya.
Namja berwajah tampan bak pangeran yang berekspresi datar. Persis seperti yang Yedam ceritakan di chat tadi.
"Hai, Yedam!" sapa Jennie sembari memeluk Yedam.
"Kau benar-benar membawanya, ne." Yedam mengangguk melirik Haruto yang terdiam tak tau apapun.
"Kau ingin aku mempolesnya bagaimana sih, Yedam? Begitu saja sudah tampan lho," ujar Jennie bertanya sembari memperhatikan Haruto.
"Ayolah, noona. Aku tau noona punya banyak ide untuk bereksperimen melihat Haruto. Kan?"
Jennie hanya menggeleng pelan dengan tingkah Yedam. Ia lalu memanggil karyawannya yang ahli di bidang hair style dan satu lagi yang ahli masalah pakaian.
Kelimanya lalu berjalan menuju salah satu ruang khusus dimana di dalamnya, ada meja rias dan sebuah ruang ganti dengan banyak pakaian di sana.
Haruto benar-benar tak tau apapun. Tapi yang jelas, feelingnya tidak enak.
"Tak pa tak pa. Mereka tak menggigit mu," ujar Yedam tersenyum saat melihat raut wajah khawatir Haruto.
Hair stylish tadi dengan Jennie langsung meminta Haruto duduk di depan meja rias. Haruto pun menurutinya. Ingat, ia hanya melakukan ini karena Yedam.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Different• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionHidup setiap orang tidak sama. Bahagia dan duka setiap orang tidak sama. Status sosial selalu dipermasalahkan. Ya, intinya setiap orang punya kehidupan mereka masing-masing. .・゜゜・ "Haruto ne, hajimemashite." "Yedam?" .・゜゜・ ➷ - b×b - bhs semi...