- 15 ; sorry -

624 113 30
                                    

Hari sudah sore. Haruto membereskan barangnya dan siap untuk pergi dari cafe. Kali ini bukan ke toko tempatnya kerja. Haruto memutuskan akan memanfaatkan liburnya di toko untuk istirahat sekaligus belajar untuk ujian kenaikan kelas minggu depan. Mengingat kakak kelasnya sudah selesai ujian kelulusan hari ini.

Waw. Ternyata Haruto sudah mau jadi kakak kelas tertua di sekolahnya. Dua tahun yang keren.

Oh ya, omong-omong kakak kelas. Yedam ujiannya kemarin bagaimana ya? Haruto hanya menghubungi Yedam lewat chat sesekali karena takut mengganggu. Yedam juga selama ujian tak pernah menghubunginya lebih dulu.

"Haruto sudah mau pulang?"

Lamunan Haruto buyar saat suara sunbaenya menyadarkannya. Ia mengangguk.

"Ne, sunbae. Maaf tidak lembur seperti biasa."

Sunbae Haruto tertawa. "No, it's okay. Memang seharusnya begini. Kau tidak perlu memaksakan diri. Jja, hati-hati di jalan ya." ujarnya mengusak rambut hitam Haruto dan berlalu ke dapur tanpa menunggu respon Haruto.

Haruto tersenyum kecil dan bergumam terimakasih. Ia lalu membawa tasnya dan segera keluar cafe.

Dan langkah Haruto yang ingin menuju jalan ke apartemennya terhenti saat ia melihat Doyoung berjalan menuju dirinya dengan raut wajah yang- eum- agak seram.

"Aku perlu bantuan mu," ujar Doyoung tegas dan to the point.

Haruto memiringkan sedikit kepalanya.

"Ada apa?"

"Telepon Yedam dan minta dia kemari sekarang juga."

Kedua alis Haruto bertaut. "Ada masalah?" tanyanya.

Doyoung menghembuskan napasnya lelah. yah- lelah dengan Yedam yang sedari kemarin sulit diajak bicara. Entah lewat chatting atau bicara langsung. Sejak hari simulasi di mana Yedam pulang lebih dulu, Doyoung yakin ada apa-apanya.

Lagi, tebakan Doyoung, Yedam pasti melewati ujiannya kemarin tanpa perasaan tenang. Ada sesuatu yang mengganggu namja itu. Semoga tidak berefek parah pada hasil Yedam. Itu bisa membahayakan Yedam.

"Lakukan saja. Nanti kau juga tau."

Haruto hanya mengangguk patuh dan kemudian mengambil ponselnya di saku celananya. Tidak sulit mencari kontak Yedam. Hanya orang tertentu saja juga yang punya kontak Haruto.

Setelah beberapa saat dan beberapa kali Haruto mencoba menghubungi Yedam, tak ada jawaban. Ia menatap Doyoung yang juga menatapnya.

"Bagaimana?"

Haruto berniat menggeleng dan mematikan panggilannya sebelum sebuah suara keluar dari ponselnya yang menandakan teleponnya dijawab.

"Halo, hyung."

"Ada apa, Haruto?"

Mendengar suara lirih Yedam yang agak serak membuat pandangan Haruto berubah khawatir.

"Kau baik-baik saja, hyung?" tanya Haruto yang membuat Doyoung juga jadi khawatir. Ia mengode Haruto untuk mengaktifkan speaker setelah keduanya duduk di salah satu meja di luar cafe.

Haruto mengangguk patuh saja.

"Aku baik. Ada apa?"

Doyoung dan Haruto saling bertatapan. Yedam tidak pintar bohong.

"Itu- bisa kah hyung ke cafe Doyoung hyung sebentar?"

Tak ada sahutan. Hening. Doyoung dan Haruto jadi semakin resah saja.

"Hyung?"

"Bisa. Tunggu sebentar."

•Different•  [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang