Doyoung mengamati Yedam yang menumpukan dagunya pada kedua tangannya yang sedakep di atas meja. Menatap es di dalam gelas minumannya yang mulai mencair.
Mereka sedang di kantin.
Tidak tidak. Hari ini tidak ada pelajaran. Hari ini adalah hari terima rapor akhir. Beberapa siswa biasanya memang ikut pergi ke sekolah. Tapi memisahkan diri dengan orang tua mereka yang pastinya punya keperluan dengan wali kelas masing-masing.
Raut wajah Yedam menampilkan kecemasan yang berarti. Ia gelisah dengan nilai yang sudah ia perjuangkan beberapa minggu terakhir ini.
"Santai lah, Dam. Pasti bagus kali nilai kamu. Toh biasanya gitu," ujat Doyoung bermaksud menenangkan Yedam.
Yedam tak menggubris. Ia tau nilainya akan bagus. Yang jadi masalah itu, nilainya sampai pada target atau tidak. Rata-ratanya dan ranking adalah target utama Yedam tahun ini.
"Yedam,"
Merasa terpanggil, Yedam menegakkan kepalanya dan menoleh. Doyoung sih auto noleh juga. Ia mendapati bundanya dengan mama Yedam.
Mama Yedam menyodorkan sebuah map yang isinya pasti rapor.
"Sesuai keinginan mu. Apa yang kamu mau?" tanya mama Yedam datar.
Yedam mengedipkan matanya. Ia mencerna perkataan mamanya. Tangannya lalu mengambil map yang namanya sodorkan. Membukanya dan mengamati setiap tulisan yang ada.
Senyum Yedam mengembang otomatis.
Sret
"Nanti ku beri tau!"
Yedam berdiri dan pergi berlari keluar kantin. Meninggalkan ketiga orang yang masih di sana memandangnya aneh.
Mama Yedam menggeleng tak paham. Bunda Doyoung hanya tertawa saja. Ia sempat diceritakan tadi jika Yedam dengan nilai akhir yang luar biasa tahun ini, meminta sesuatu jika ia berhasil memenuhi keinginan orang tuanya.
Doyoung hanya memandang heran bundanya yang tertawa dan mama Yedam yang terlihat agak frustasi.
ㅡㅡㅡ
Haruto berjalan di koridor sekolah yang kini ramai oleh para orang tua atau wali murid yang datang mengambil rapor anak mereka. Sudah jelaskan kenapa Haruto di sekolah? Mengambil rapornya sendiri. Ia benar-benar tak punya wali dan lagi- dia itu yatim piatu.
Harusnya, sekarang Haruto sedang di cafe tempatnya bekerja. Tentu saja untuk bekerja. Jika hari libur sekolah begini, jadwal kerjanya full sehari. Berbeda dengan hari-hari sekolah biasanya yang hanya setengah hari.
Tapi ya- ia peduli dengan rapornya sendiri tentunya. Terlebih, nilainya cukup memuaskan. Ranking tiga paralel dengan rata-rata yang termasuk tinggi, suatu hal yang bisa dibanggakan. Bukan disombongkan pastinya.
Sepertinya, besok ia akan ke makam. Menemui orang tuanya dan menceritakan bahwa ia bisa naik kelas dan mendapat rata-rata yang tidak kalah dari murid lain di sekolah elite tempatnya menimba ilmu.
"Haruto!"
Merasa terpanggil, Haruto pun menoleh ke koridor lain. Ia sedang di persimpangan koridor.
Dilihatnya Yedam yang berlari ke arahnya dengan map yang berisikan rapor di tangannya.
Ah iya. Haruto belum sempat minta maaf pada Yedam secara langsung karena kejadian di toko hari itu. Ia sudah menulis permintaan maafnya di kertas yang ia berikan beberapa waktu lalu saat di cafe. Tapi- tetap saja. Laki-laki gentle itu harus minta maaf secara langsung. Kan?
"Hyu-"
"Senang kau masih di sekolah!" seru Yedam girang sembari menstabilkan pernapasannya.
"Hyung mencari- ku?" tanya Haruto yang dibalas anggukan oleh Yedam.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Different• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionHidup setiap orang tidak sama. Bahagia dan duka setiap orang tidak sama. Status sosial selalu dipermasalahkan. Ya, intinya setiap orang punya kehidupan mereka masing-masing. .・゜゜・ "Haruto ne, hajimemashite." "Yedam?" .・゜゜・ ➷ - b×b - bhs semi...