"Bye the way, Dobby."
Hm?
"Apa- gapapa kita bela Haruto kayak kemarin?"
Doyoung memiringkan kepalanya. Ia menatap heran Yedam yang terlihat memandang keluar jendela, ke lapangan tempat kelas Haruto sedang olahraga.
Ya- Yedam sering sekali memperhatikan Haruto saat anak itu sedang ada jam olahraga. Entahlah, rasanya seperti hobi baru yang menyenangkan.
"Bukannya kamu yang mulai?" tanya Doyoung dengan senyum jahilnya. Ia berniat menggoda Yedam.
Sedangkan, yang digoda hanya diam tak menoleh. Pipinya memerah tau. Dia tersipu malu. Tapi, garis bibirnya diturunkan. Ia kesal dengan sahabatnya yang suka sekali menggoda dan mengejeknya.
Biar ku ceritakan.
Setelah kejadian tempo hari, di mana Haruto mencegah Keita yang ingin membawa Yedam dengan paksa, keempatnya- Yedam, Doyoung, Keita dan Haruto dipanggil ke ruang kepala sekolah.
Yedam dan Doyoung yang sepertinya tau apa yang akan terjadi pun diam-diam menghubungi salah satu pihak keluarga mereka.
Doyoung yang menghubungi kakaknya, seorang pengacara ternama di tanah airnya dan Yedam menghubungi kakeknya yang menduduki posisi tertinggi di yayasan sekolahnya.
Benar saja, di dalam ruang kepala sekolah, Haruto terus saja disalahkan. Doyoung dan Yedam memang hanya bisa diam sampai saat Keita mulai ikutan angkat bicara. Maka mereka juga.
Keita yang mendukung segala macam opini kepala sekolah, Yedam dan Doyoung membela Haruto. Tepatnya- Yedam yang bersuara lebih dulu.
Namja bermarga Bang itu tidak bisa tinggal diam saat kepala sekolah mengancam Haruto jika beliau akan menarik sebagian beasiswa yang Haruto punya.
Yedam tau seberapa keras Haruto berusaha mendapatkan beasiswa di sekolah mereka. Benar-benar bukan perkara mudah. Dan kepala sekolah seenak jidat ingin menariknya hanya karena masalah sepele yang anaknya lakukan?
Gila.
Dan di saat kepala sekolah itu mulai bertindak melewati batas, Yedam dan Doyoung bersyukur karena orang yang mereka hubungi datang. Mereka membungkam Keita dan ayahnya.
Bukan dengan ancaman. Tapi dengan tindakan. Tentu saja setelah mempertimbangkan dari apa yang Yedam dan Doyoung, juga Harus ceritakan. Tidak perlu tanya Keita. Mulut namja itu penuh dengan kebohongan.
"Tapi- adik kelas bernama Haruto itu- memang gila ya."
Yedam menoleh bertanya pada Doyoung.
"Sejarah- dalam kurun waktu hampir dua tahun ini, hanya dia, selain aku, yang berani melawan Keita meski ia tau akibatnya."
Yedam menghela napas. Ia kembali menolehkan pandangannya ke jendela. Menatap Haruto yang tengah di uji guru olahraganya untuk melakukan servis bola voli.
Dalam diam, ia setuju jika Haruto memang gila. Tapi, Yedam jadi merasa berhutang pada namja berkedok adik kelasnya itu.
ㅡㅡㅡ
Tap
Haruto sampai di meja yang pelanggannya baru saja pergi. Ia menggerakkan kedua tangannya untuk membereskan meja itu. Mengambil cangkir dan piring di sana, menaruhnya di nampan dan membawanya ke ruang cuci-cuci.
Usai menyelesaikannya, Haruto berniat mengistirahatkan diri karena memang sudah jamnya. Lagi pula, cafe sedang sepi.
Saat hendak ke tempatnya istirahat, pandangan Haruto menangkap sosok yang dikenalnya tengah berbincang dengan atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Different• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionHidup setiap orang tidak sama. Bahagia dan duka setiap orang tidak sama. Status sosial selalu dipermasalahkan. Ya, intinya setiap orang punya kehidupan mereka masing-masing. .・゜゜・ "Haruto ne, hajimemashite." "Yedam?" .・゜゜・ ➷ - b×b - bhs semi...