- 11 ; force -

619 118 23
                                    

Pagi hari, mentari menyambut dunia dengan sinarnya. Burung berkicau membangunkan orang-orang. Di pedesaan, mungkin itu tugas ayam jantan yang berkokok.

Haruto pun terbangun. Ia meregangkan tubuhnya dan kemudian beranjak dari single bed miliknya. Melakukan beberapa gerakan seperti push up, shit up, back up, dan lainnya sebagai awalan pagi yang memang sudah rutinitasnya.

Mungkin hari ini ia akan berangkat lebih awal ke tempat kerja. Membantu senior dan atasannya menyiapkan cafe.

Dengan segera, Haruto pun bersiap. Membersihkan tubuhnya dan kemudian memakan sarapan yang hanya sebatas roti tawar yang diberi susu coklat.

6.41 am.

Cafe buka pukul setengah delapan. Perjalanan dari apartemen ke cafe memakan waktu sekitar lima belas menit dengan jalan kaki. Setidaknya, sampai di sana, masih ada yang bisa Haruto bantu.

"Oh, pagi Haruto!"

Haruto tersenyum dan membalas sapaan atasannya yang tengah mengangkat sebuah kotak.

"Pagi, tante."

Yap. Bunda Doyoung. Beliau tersenyum dan membiarkan Haruto mengambil alih kotak yang tadi dibawanya.

Haruto pun mulai sibuk membantu senior-seniornya menyiapkan cafe. Saking sibuknya, ia tak sadar. Yedam- ada di cafe itu. Di luar. Tengah berbincang dengan bunda Doyoung.

"Loh loh. Kamu temannya Haruto ne?"

"Iya, tan. Boleh lah, Yedam pinjem Harutonya. Hari ini aja..."

Bunda Doyoung membuat gestur berpikir.

"Itu- tergantung Harutonya sih. Kalau dia mau, gapapa."

Yedam tersenyum. "Mau dia. Har- eh- pasti."

Giliran bundanya Doyoung yang tersenyum. Beliau lalu meminta salah satu karyawannya untuk memanggil Haruto yang tengah sibuk di dalam.

Haruto yang pun segera datang menghampiri atasannya. Tapi, saat melihat Yedam ia terkejut. Rasanya ingin balik badan dan kembali ke aktifitasnya.

Dan sebuah percakapan pun terjadi.

"Terserah kamu lho. Mau ikut Yedam takpa, tidak juga- ya- terserah lah. Kkk. Tante masuk dulu."

Bundanya Doyoung pun melangkah pergi. Meninggalkan Yedam dan Haruto yang harus bicara empat mata.

"Ayolah Haruto.. Hari ini aja deh. Janji.." mohon Yedam.

Jujur saja, ia tak bisa jika harus dihadapkan sosok Yedam yang menatapnya dengan netra penuh harap tersirat di sana.

"Tapi- aku- mau min-"

"Janji deh. Serius. Hari ini kamu cuma perlu- blablabla"

Haruto diam. Ujaran pelannya yang belum selesai terpotong oleh Yedam. Anak itu lalu mengoceh banyak hal. Tentang apa yang akan seharian dilakukan dengan Haruto. Tapi, Haruto tak memperhatikan.

Kesal karena Yedam tak memberinya waktu bicara, Haruto mengulurkan tangan untuk meraih pundak Yedam. Menyadarkan kakak kelasnya itu dari monolognya. Hey, ada tokoh lain yang ingin berdialog di sini.

Grep

Yedam tersentak kala kedua tangan Haruto mencengkram pundaknya. Ia menghentikan kegiatan nya berbicara ini dan itu. Diam spontan dan mambiarkan Haruto mengunci kedua netranya.

"Kau sudah banyak bicara. Giliranku."

Suara low tone Haruto yang terdengar begitu mendominasi, membuat nyali Yedam untuk bicara lagi, menciut.

•Different•  [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang