Aku makin tidak paham, tentang siapa manusia yang berperan utama disini
.
.
.
Sakti membantu Nala untuk melepaskan helm, merapikan rambutnya, dan memberi petuah singkat pada perempuan itu "jangan nakal, jangan jadi bocil. Kasian nanti panitianya kewalahan ngurus kamu.
"Kamu juga jangan sok ganteng dikampus, jangan murah senyum, jangan baik, jangan ramah, jangan manja, jangan berteman sama orang lain, jangan buat baper anak orang."
"Kok gitu?"
Nala memeriksa area sekeliling kampus, memantau apakah kondisinya sudah cukup aman.
Ia mulai mendekatkan wajahnya ke hadapan Sakti "gatau, mungkin cemburu kali" bisiknya sambil memainkan alis.
Dengan sekuat tenaga Sakti mengatur detak jantungnya, terlebih lagi ekspresi wajah. Jangan sampai termakan jebakan Nala yang akhir-akhir ini sering menggodanya.
"Bocilnya aku ternyata udah gede yaa.." Sakti balik membalas tatapan Nala sambil menepuk pucuk kepalanya beberapa kali.
"Bocil terussss, dasar ga peka" Nala mendengus kesal dan langsung berbalik menuju kampus.
"Nal?" panggil Sakti.
Tidak ada balasan dari Nala, ia benar-benar pergi meninggalkan Sakti yang sekarang terlihat kebingungan dengan perubahan tingkahnya.
"Kenapa si? Salah lagi??"
Cting...
Cting..Sakti puppy
Nal, lagi pms ya?
Nanti sore aku jemput okey..G.
Y.
Tc.
Nala melirik Sakti yang masih setia ada didepan kampusnya "Dih sianjir, cuma diread doang. Send stiker kek."Terlihat manusia itu malah cekikikan sambil melihat hpnya.
Dengan geram Nala mencari batu kecil dan melemparnya kearah Sakti. Masa bodoh dengan warga kampus yang sedang melihatnya, laki-laki itu harus diberi pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollowness ❄ [✔]
Teen Fiction- Done - Entah takdir atau kebetulan, aku ingin mengetahui segalanya tentangmu, tanpa melepaskan dia. Sebut saja aku pemeran antagonisnya - Nala Aku dan kamu adalah takdir, lalu dia adalah penyusupnya - Sakti Kalau kita hanya sebuah kebetulan, lanta...