Aku juga tidak tau, aku muak dengan diriku sendiri
..
.
Baru saja ia merebahkan badannya sebentar dikasur, tapi Sakti sibuk memborbardir dirinya dengan spam chat. Nala paham kalau itu sebagai bentuk perhatian, tapi bukankah secara tidak langsung orang itu sudah memiliki sedikit keraguan terhadapnya.
Akhirnya setelah 7 miscall dari Sakti masuk, baru sekarang bisa diangkatnya.
"Kamu baru sampe?" Tanya Sakti.
Nala berdehem panjang, tenaganya cukup banyak terkuras hari ini.
"Udah makan belum? Udah mandi?"
"Aku baruuuu banget sampe, belum ngapa-ngapain. Kita chattan aja ya" tutupnya.
Entah kenapa rasanya aneh melihat Sakti yang seperti ini, atau mungkin hanya efek karna akan datang bulan.
Nala menarik handuknya dan memasuki kamar mandi, menghidupkan shower yang langsung membasahi seluruh tubuhnya. Selalu seperti ini, setiap ia sendiri rasanya terlalu kosong.
Sebelumnya Nala selalu bersama orang lain, mudah baginya untuk tersenyum dan bahagia karna semua orang menginginkannya begitu. Tapi saat hanya ada dirinya sendiri ia justru bingung harus berekspresi seperti apa.
Akhir-akhir ini sibuk memikirkan orang lain, beradaptasi dengan banyak hal. Nala ingin merasa lelah sebentar, lalu bangkit lagi. Tapi sepertinya susah. Ia lagi-lagi takut karna akan membuat semuanya khawatir. Apalagi ini masih awal.
Nala mencoba menghentikan pikirannya, egois untuk kali ini.
Tubuhnya kembali segar, mandi adalah hal yang wajib dilakukan saat mulai merasa penat. Nala tidak mencoba untuk mengecheck hpnya, ia melebarkan langkahnya untuk membuat mi instan.
Baru kali ini ia tidak makan berdua dengan Sana, ternyata sendiri juga tidak terlalu buruk pikirnya.
Nala mengambil water heaternya disebelah lemari, mengisinya dengan air dan menunggu sampai mendidih. Setelah itu dimasukkanya indomie goreng, tunggu lagi selama beberapa menit. Buang air, buka bumbu, selesai.
Tidak cukup satu bungkus, ia membutuhkan kira-kira 2 sampai 3 bungkus mie instan lagi.
Hpny berdering, tertera disana panggilan video dari Meta dan Andra. Tidak mungkin mengabaikannya begitu saja, mau tidak mau Nala harus mengangkatnya.
Terlihat mereka sedang rebahan, "hai!" Sapa Nala memamerkan rebusan indomienya.
"Astaga Nal..perasaan tadi habis makan deh" ucap Meta membenarkan posisi duduknya.
"Baru tau kan lu, emang rakus dia mah."
Nala menyunggingkan bibirnya, sudah terlalu biasa mendengarkan kalimat Andra yang seperti ibu-ibu tetangga.
Notif lain mulai datang, panggilan telfon dari Sakti. Buru-buru Nala membalas chat dari orang itu, sampai lupa kalau Meta dari tadi memanggilnya.
"Nalaaaa, kamu ngapain sih?"
"Hmm? Gimana Met?"
Meta menekuk wajahnya sedemikian rupa, "sibuk banget ya Nal?"
Nala menggeleng dan mulai menyimak obrolan teman-temannya, sepertinya bukan waktu yang tepat untuk menceritakan tentang sikap Sakti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollowness ❄ [✔]
Ficção Adolescente- Done - Entah takdir atau kebetulan, aku ingin mengetahui segalanya tentangmu, tanpa melepaskan dia. Sebut saja aku pemeran antagonisnya - Nala Aku dan kamu adalah takdir, lalu dia adalah penyusupnya - Sakti Kalau kita hanya sebuah kebetulan, lanta...