14. Kang Rusuh

51 16 2
                                    

🐰🐣🐰

.

.

.

"Udah siap calon pacar?"

"Udah dong calon pacar.." jawab Nala sambil mengacungkan jempol.

"Kita jalan-jalan ke tawangmangu ya calon pacar."

"Siap calon pacar!!"

Kesadaran Sakti akhirnyaa pulih, ia seperti lupa tentang kalimatnya sendiri. Kenapa ia bisa mengatakan hal-hal memalukan seperti tadi.

"Astaga aku lupa! anak kost masih pada didalem kamar kan?" Tanyanya sambil celingukan.

Beda lagi dengan Nala, gadis itu sekarang sedang mati-matian menahan tawanya. "Bisa-bisanya ya kamu, yang mulai duluan siapa yang malu siapa."

"Makanya jangan ngegantungin lama-lama, yang minat sama aku banyak loh."

"Tapi yang kamu suka cuma aku, wle!!.." ejeknya sambil bersiap menaiki motor.

Senyum Sakti lagi-lagi terurai begitu saja, tidak ada kendali saat Nala yang merayunya.

Seperti biasa, Nala memeluk dan menaruh dagunya dipundak Sakti. Tidak banyak topik yang mereka bicarakan, namun tanpa alasan hal itu terasa sangat nyaman bagi mereka. Sunyi yang menentramkan hati, mengisi penuh sumber daya kepercayaan satu sama lain.

Sakti mulai menceritakan pengalamannya saat ospek kemarin, dengan bangganya pamer kalau orang itu mulai menjadi artis kampus karna membantu kating (kakak tingkat) untuk memainkan gitar saat tampil, dan mempunyai teman baru bernama Jeno dan Minju.

Saat Nala tau kalau orang itu malah memiliki teman dekat perempuan ia hanya memeluknya lebih erat, seperti tidak ingin kehilangan atau tergantikan.

"Kamu tuh hobi banget omelin aku kalo udah sama Bani, tapi sendirinya malah deket ke cewe lain."

"Yaudah aku minta maaf, ka-"

"Maksud aku bukan gitu Sakti, dahla males aku..."

Sakti sadar kalau bocilnya sedang ngambek mode on, tapi ia masih jahil ingin meneruskan ceritanya.

"Kemarin kating yang aku bantuin ngechat, katanya mau ngajak jalan se--"

"No! Aku ga ijinin!" Potong Nala.

"Tapi ud-"

Emosi Nala sudah terbit lebih awal, tidak boleh ada satu manusiapun yang mengambil kesempatan untuk mendekati Sakti. Valid no debat!

Nala melepaskan pelukannya, ia menatap tajam kearah kaca spion. "Aku serius Sak, kalo kamu terima permintaan dia mending kita gausah ketemu buat seterusnya."

"Heyy, kalo kamu lepas pelukannya aku bak-"

Nala buru-buru kembali ke posisi semula "iya gak aku lepas, tapi kamu jangan terima. Aku gasuka Sak. Jadi orang biasa aja, aku suka kamu yang kek gini.."

Perasaan Sakti menghangat saat mendengarnya, ia ingin membingkai adegan tadi agar perasaan yang sama akan selalu ada.

"Sak, kamu masih chattingan sama Andra?" Tanya Nala secara random.

"Masih kok.."

"Ya Tuhan, kenapa aku jadi cemburuan" eluhnya.

Sakti menarik panjang nafasnya, menetralkan detakan jantungnya yang sekarang sedang disco.

Hollowness ❄ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang