Begini saja, Aku ingin terus bersamamu..
🐰🐣.
.
.
"Sak?"
"....."
"Sakti are you okay?"
"Hm..kita ngobrolnya besok aja ya Nal, aku balik dulu..." ucapnya ragu.
"Sejak kapan kamu mulai nunduk kalo aku ajak bicara? Aku ada buat salah ya Sak?"
Sakti mulai menaikkan pandangannya, memberanikan diri untuk menatap Nala seperti biasa, tapi sekarang hatinya terlalu rapuh, sampai tidak ada satu patah katapun yang diucapkannya sejak mata mereka bertemu.
Flashback on
"Lu kan tau sendiri kalo Nala benci setengah mati sama gua, gila juga itu kampus bisa-bisanya nyatuin gua ama dia.."
"Makanya itu, gua yang stalking aja kaget nama lu berdua dempetan. Tolongin gua dong Ndra, gua takut banget kalo dia bakal ketemu terus deket sama kating yang gua ceritain tadi.."
"Yee...bujank, kalo dia suka sama lu gabakal kemana-mana. Serius gua, gaperlu diintel juga aman itu anak" ucapnya santai.
"Kalo kalimat lu dibalik bisa ga? misal dia gasuka sama gua, lu mau kan bantuin gua?"
"Sak.." Andra menghentikan langkah kakinya.
"Ape?"
"Lu kalo lagi bucin keliatan banget ya begonya, kasian gua" tatapnya miris.
"Palalu noh kek pentol cilok."
Ditengah mereka berlari Sakti melihat Nala dari kejauhan, tampak gadis itu sedang dalam suasana hati yang baik.
Benar juga, hari ini ibunya akan pulang dari RS. Sakti bernafas lega akhirnya kegelisahan Nala berkurang satu per satu.
Sakti langsung menaikkan kecepatannya untuk menyapa Nala yang ada didepan.
"Woi, Larinya santai aja anjir!"
Flashback off
Nala kehabisan akal melihat Sakti yang tidak seperti biasanya, sekalipun badmood Sakti tidak pernah menunjukannya secara terang-terangan.
"Sak, kamu jangan gini dong, aku takut. Kamu kenapa? Aku minta maaf yaa.." Nala menggenggam kedua tangan Sakti yang dari tadi sudah dingin.
Mata Sakti berkaca-kaca, senyumannya semakin tulus dan tentu saja menyakiti perasaan Nala yang melihatnya.
"Nal..." kata pertama yang berhasil keluar dari mulutnya.
"Iya, kamu ngomong sekarang aja aku dengerin."
"Do you love me?"
Seketika jantung Nala berhenti berdetak saat mendengarnya.
"Sak, kamu kenapa tib-"
"Nal..." ucapnya lesu dengan senyum yang dipaksakan.
Nala melepaskan pelukannya, sakit yang Sakti rasa kini juga bisa dirasakannya. Entah apa yang membuat Sakti menjadi seperti sekarang, tapi ia tidak kuat untuk menanganinya lebih lama.
Nala menghapus air mata Sakti, merapikan rambutnya dengan perlahan, menatapnya lekat dan menghentikan waktu secara sepihak.
"Sakti, aku cemburu kamu deket sama yang lain, aku khawatir kalau kamu sakit, aku suka liat kamu yang jahil dan perhatian, aku seneng kalau kamu kejar, aku hancur liat kamu yang kek gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollowness ❄ [✔]
Teen Fiction- Done - Entah takdir atau kebetulan, aku ingin mengetahui segalanya tentangmu, tanpa melepaskan dia. Sebut saja aku pemeran antagonisnya - Nala Aku dan kamu adalah takdir, lalu dia adalah penyusupnya - Sakti Kalau kita hanya sebuah kebetulan, lanta...