Entah harus menyesal karna telah menyetujuinya, atau bahagia karna pernah mengenalmu
.
.
.
Nala membuka jendela kamarnya, menghirup udara sebentar sebelum mendarat kepulau kapuk. Setelah tadi berdiskusi panjang dengan Sakti, sepertinya ia juga perlu memanggil Bintang a.k.a bayangan Bani untuk membicarakan hal yang sama.
Angin sepoi-sepoi mengantarkan langkahnya menuju kasur dan membaringkan tubuhnya dalam posisi ternyaman.
Perlahan Nala menutup mata, berharap Bintangnya akan segera datang. Sudah lama sejak ia pindah ke Solo Bintangnya itu tidak pernah muncul lagi.
"Kamu dimana, aku kangen..." panggilnya beberapa kali.
Udara dingin dari luar langsung masuk menyelimuti Nala, tubuh gadis itu seketika menggigil lalu kembali menjadi hangat. "Nal..saya disini, maaf baru hadir."
"Jangan pergi lagi, nanti aku sedih.."
Bintang mengelus beberapa helai rambut Nala "kamu bahkan udah ketemu sama saya yang nyata, tapi kenapa masih sedih?" suaranya terdengar sayu.
"Gatau, awalnya aja kerasa sama tapi lama-lama beda.."
Hari ini bintangnya sangat irit bicara, banyak pertanyaan Nala yang terhambur sia-sia.
"Yaudah jangan terlalu dipikirin. Tidur gih, besok hari terakhir ospek kan?"
"Jawab dulu pertanyaanku, satu aja. Aku takut kalau dia itu bukan kamu, jadi apa aku harus tetep cari tau tentang dia?"
"Menurut kamu gimana?"
"Aku nyaman sama kamu yang selalu ada saat aku ngerasa kosong dan butuh, tapi aku juga penasaran sama sesuatu yang nyata dari kamu."
"Lakuin aja, kalau hal itu emang ngebuat hati kamu jadi lebih tenang. Udah ya, kamu harus tidur biar ga bangun kesiangan."
Lagi-lagi jawaban yang sama harus didengar Nala. Ia berdehem ringan, mengiyakan perkataan Bintang.
Tapi ada yang aneh, perasaannya kini sedikit ngilu. Merasa seperti akan ada yang hilang.
"Saya juga berharap bisa hidup tanpa bergantung sama raga Bani, tapi lagi-lagi saya terlalu rabun untuk kamu lihat Nal..."
***
Akhirnya hari inagurasi atau closing ceremony tiba, sungguh melegakan bagi para maba yang sudah melaksanakan ospek selama seminggu full.
Arah masuk kedalam kampus terlihat mulai ramai dan dipenuhi dengan hiasan. Terdapat panggung ditengah lapangan, dilengkapi dengan bazaar disekelilingnya, tidak lupa juga ada spot foto yang bertebaran dimana-mana.
Semua mahasiswa serempak menggunakan baju kaos berwarna putih, alasannya karna akan diadakan color fun dan flashmob. Beberapa band dari dalam dan luar kampus, anak tari, dan theater juga sudah bersiap untuk memeriahkan acara.
Seperti biasa hari ini Nala diantar oleh Sakti untuk berangkat ke kampus. Tapi yang tidak biasa adalah mereka yang semakin hari semakin uwu.
"Inget apa yang aku bilang tadi.."
"Yang pertama, jangan terlalu dekat dan harus ngajak Meta atau Andra kalo mau ketemu dia. Kedua, secepatnya cari tau dan selesaiin masalah. Ketiga, Sakti sayang banget sama Nala.."
Sakti spontan melihat sekelilingnya "Nala..." lirihnya.
"Ketiga, Nala sayang banget sama Sakti.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollowness ❄ [✔]
Teen Fiction- Done - Entah takdir atau kebetulan, aku ingin mengetahui segalanya tentangmu, tanpa melepaskan dia. Sebut saja aku pemeran antagonisnya - Nala Aku dan kamu adalah takdir, lalu dia adalah penyusupnya - Sakti Kalau kita hanya sebuah kebetulan, lanta...