Malam ini cukup cerah, tidak ada awan yang menutup bintang ataupun bulan. Suhunya juga tidak terlalu dingin, sangat pas bila disandingkan dengan makanan yang masih hangat.
Sana dan Nala memutuskan untuk duduk santai diatas balkon kost.
"Kak..." panggil Nala.
"Hmm."
"Kak..."
Sana menghela nafas "Kebiasaan banget kamu tuh, manggil-manggil ga jelas" omelnya sambil meniup-niup pop mie.
"Gimana kalo Sakti sama Andra ternyata main dibelakang aku?"
"Ya gapapa dong" jawab Sana santai.
Nala spontan melirik kakaknya "Loh kok gapapa sih, kan kakak tau kalo Sakti itu pac--"
Tidak jadi, Nala seketika diam dan membiarkan kalimatnya menggantung.
"Nal kamu harus inget, dari awal kamu sendiri yang buat batasan ke Sakti tapi kenapa sekarang malah kamu yang merasa tersakiti?"
"Kak minta mie-nya dikit."
Setelah beberapa suap Nala nala mulai melanjutkan kalimatnya "aku takut buat ngasih jawaban, sementara aku sendiri masih ragu."
"Takut? Ragu?"
"Aku takut kalo nantinya aku bakal nyakitin banyak orang. Aku ragu sama diri aku sendiri, gimana caranya nanganin mereka dengan perasaan yang tepat."
"Kamu takut pas bilang iya ke Sakti ternyata nantinya kamu bakal ke Bani, kamu juga takut pas bilang engga ke Sakti eh si Bani malah kek iklan lewat gitu kan?"
"Beri aku solusi.." suara Nala terdengar pasrah.
"Jalanin aja Nal, kalo kamu masih penasaran sama Bani ya tuntasin. Kalo kamu gamau Sakti hilang, suruh dia nunggu."
"Tau ga kak?"
"Gatau, sini balikin pop mie-nya."
Nala tidak menggubris omongan Sana barusan "kenapa ya Bani yang aku kenal sama Bani yang aku liat secara langsung sifatnya beda banget, dia pura-pura buat ngetes atau gatau beneran?
"Aku ga punya jawabannya Nal, pilihannya di kamu. Mau usaha dulu atau biarin aja" lanjut Sana.
***
Pagi ini Nala melihatnya lagi tanpa merasakan apapun, semacam pertanda seperti biasanya juga tidak ada.
Sepertinya semakin dekat hubungan antara Bani dan Nala, maka hal-hal aneh dalam dirinya tentang laki-laki itu juga akan semakin pudar dan hilang.
Buktinya intuisi dan bayangan Bani sudah mulai jarang menghampirinya
Nala masih memperhatikannya dari balkon gedung A lantai dua, terpantau Bani sedang berjalan menuju taman kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollowness ❄ [✔]
Teen Fiction- Done - Entah takdir atau kebetulan, aku ingin mengetahui segalanya tentangmu, tanpa melepaskan dia. Sebut saja aku pemeran antagonisnya - Nala Aku dan kamu adalah takdir, lalu dia adalah penyusupnya - Sakti Kalau kita hanya sebuah kebetulan, lanta...