5. RAISA?

153 30 1
                                    

Untuk hati yang berusaha tenang, selamat datang di bagian enam!

Untuk dua sosok yang kian bersama, apa mungkin untuk mereka tidak saling jatuh cinta? Tapi bagi Geby, ia hanya ingin cintanya, tidak dengan jatuhnya. Walau pada kenyataannya antara jatuh dan cinta akan selalu berdampingan jalannya, seperti jalan raya dan tanah di sampingnya. Kita hanya menunggu giliran untuk menginjak tanah itu.

Untuk Geby Fralista, jika kamu jatuh cinta, semoga jatuh cinta berdua. Dan untuk Azerio, jika kamu ingin bersama, semoga inginmu tetap sama.

Dan untuk hati yang sama-sama pedih, semoga tak lagi menjadi sedih. Selamat melewati jembatan kesembuhan!

Happy Reading
GebRio

🐝🐝🐝

Azerio kini sudah berada di halaman depan rumah Geby. Ya, menunggu gadis itu keluar dan masuk dengan selamat sudah menjadi rutinitasnya sekarang. Rumah bernuansa putih itu sudah menjadi bagian dari hari-harinya.

Tiba-tiba ingatannya memutar obrolan bersama Nadhira kemarin ketika dirinya menjemput Geby pulang dari kegiatan OSIS.

"Kamu mau tau satu rahasia?"

Mendengar itu, Azerio mengerutkan dahinya tak mengerti. "Rahasia?"

Nadhira mengangguk pasti yang membuat Azerio menjadi penasaran.

"Sepuluh hari lagi perempuan yang kamu anter jemput tiap hari nginjak usia tujuh belas tahun."

"Ulang tahun maksud lo?" Tanya Azerio memastikan.

Nadhira menjawab itu dengan anggukan kedua kalinya. "Ya aku gak tau sih informasi ini penting atau nggak buat kamu, siapa tau kamu mau tau. Aku juga gak tau hubungan kalian serius atau nggak. Aku cuma bilang, kalau gak yakin lebih baik berhenti aja dari pada sama-sama sakit." Ujar Nadhira panjang lebar sambil melirik gadis yang tengah berjalan ke arah mereka. Geby Fralista.

"Gue harus bikin apa ya?" Gumam Azerio ketika melihat Geby tengah berjalan ke arahnya.

Geby berjalan dengan senyum merekah. Selalu cantik di mata Azerio.

"Siap tuan putri?"

"Sesuai titik ya mas." Geby memasuki mobil Azerio setelah menanggapi celotehan pemuda itu. Seperti biasa, Azerio selalu membantu Geby sekecil apapun hal yang tengah gadis itu lakukan. Hal kecil seperti membukakan pintu mobil untuk gadisnya.

"Geb?"

"Hmm?"

"Kira-kira apa ya rencana semesta selanjutnya?" ujar Azerio rancau.

"Rencana?" Tanya Geby heran.

Azerio tidak menjawab lagi pertanyaan Geby. Obrolan mereka terus berlanjut dengan topik lainnya.

Suasana kota Jakarta pagi itu tampak mendung. Namun hal itu tak membuat jalanan sepi, suasana begitu padat pagi itu.

Dua puluh menit berlalu, kini keduanya sudah berada di depan kelas yang bertuliskan XI MIPA 2. Kelas Geby.

GEBRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang