Bersama dan selesai akan menjadi sebuah perjalanan yang semua manusia dapatkan sama rata.
Tentang datang dan pulang, bertemu dan menghilang, memiliki dan melepaskan, semua akan menjadi suatu ketetapan yang tak bisa dikecualikan.Happy Reading
—GebRio—🐝🐝🐝
Hari semakin larut, namun suasana terasa lebih ramai rasanya dari awal kedatangan Geby dan Azerio. Kini keduanya tengah asik berbincang di balkon restoran tersebut.
"Kalau kebersamaan membuat manusia sebahagia itu, apa ujungnya akan sama?"
Azerio tersenyum tipis dengan mata yang terus menatap ke depan. "Semua bahagia itu akan tetap berakhir, Geb. Semua akan selesai, habis ditenggelamkan waktu."
"Kematian ya?"
Azerio beralih menatap ke arah Geby. "Perpisahan gak selalu tentang ajal, tapi juga keinginan manusia itu sendiri. Jadi tergantung kamu, mau berpisah atau nggak."
Geby mengangguk mengerti. "Berarti kalau gitu aku gak mau."
"Untuk opsi ajal atau keinginan?"
"Kalau ajal juga, itu berarti aku mendahului Tuhan kan? Siapa yang tahu ingin-Nya?"
Azerio mengangguk sepakat. Tangan pemuda itu merogoh ke dalam saku celananya.
"Coba tutup mata deh."
Geby mengernyit, tak mengerti. "Buat apa? Aku belum mau ketemu Tuhan."
Azerio terkekeh sebentar. "Udah, tutup aja."
Geby mengerutkan dahinya bingung, namun matanya tetap memilih tertutup mengikuti instruksi Azerio. "Udah."
Azerio berjalan ke belakang Geby, menyematkan sesuatu di leher gadis itu.
Geby merasa sesuatu yang dingin menyentuh kulit lehernya. Hal itu membuat Geby penasaran. "Aku belum boleh buka mata?"
"Bentar."
Tangan Azerio nampak merapihkan rambut Geby yang tadi sempat dirinya angkat. "Udah."
Geby membuka matanya semangat. Tatapannya langsung turun kepada kalung silver dengan liontin membentuk huruf A. Sangat cantik di matanya.
"Yang ke sepuluh."
"Yo?" Mata Geby berbinar menatap Azerio dengan begitu takjub.
"A untuk Azerio. Biar satu dunia tau kamu punyaku."
Geby terkekeh mendengarnya. "Ye, dasar."
"Senyum mulu, pegel rahangnya. Mau aku ambilin minum?" Tawar Azerio pada gadis yang masih menatapi kalung di lehernya.
"Boleh."
Azerio mengangguk. "Bentar, ya."
Pemuda itu melangkah menjauh dan masuk ke dalam gedung restoran. Kakinya mengarah ke arah meja yang berisikan beberapa jenis minuman dingin. Tetapi, satu hal nampak menganggu fokusnya. Matanya malah menatap ke arah yang lain, kepada gadis yang tatapannya begitu ia kenali. Yang senyumnya begitu dirinya rindukan.
"Sa?"
Gadis itu berjalan ke arah Azerio perlahan. Matanya menatap ke arah Geby yang tengah sibuk berfoto dengan ponselnya di balkon restoran.
"Congrats, Yo."
Azerio masih menatap gadis itu tak percaya. "Kamu di sini?"
Gadis yang berdiri di hadapan Azerio itu mengangguk. "Yang cewek, aku kenal. Jadi aku diundang."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEBRIO
Teen FictionBagian Azerio dan Semestanya Kali ini bukan tentang bad boy atau cool boy yang diidamkan perempuan seantero SMA. Ini tentang seorang Azerio dan Geby Fralista. Awal yang dimulai hanya untuk membuktikan ke masing-masing mantan jika mereka bisa bahagia...