26. ROTASI DAN SEDIHNYA

12 3 1
                                    

Bersama atau selesai, akan terlihat terhormat jika hanya ada dua orang hingga akhir masanya.
Bahagia atau sedih, akan terdengar indah jika tak ada manusia ke tiga di lingkarnya.
Hubungan sehat akan membawamu ke jalan yang tidak ada curiga di dalamnya, yang ada rasa percaya di sana, dan tanpa pengkhianatan pastinya.

Happy Reading
-GebRio-

🐝🐝🐝

Kini, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Semalaman Geby berada di sana dengan Azerio yang masih setia di sampingnya.

Mata gadis itu mengerjap perlahan, kepalanya terasa sedikit berat akibat menangis semalaman hingga tertidur di pundak Azerio.

Geby menatap Azerio yang ternyata sudah bangun dan sibuk dengan ponselnya. Ia mengangkat kepalanya, membuat pemuda itu tersadar akibat pergerakan Geby.

Azerio memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, matanya menatap Geby yang nampak berantakan. "Are you okey?"

Geby mengangguk lesu. Gadis itu menatap ke arah kaca besar di depannya. Di sana ada sang ayah yang sudah dipasangkan berbagai macam alat untuk membantunya bertahan hidup.

Semalam, ketika Geby dan Azerio datang menemui dokter yang menangani Arsan, keadaan laki-laki itu terlihat sangat tidak baik. Dokter bilang jika penyakit ayahnya sudah masuk ke dalam komplikasi berat.

Semalam, Geby juga baru mengetahui fakta bahwa sebenarnya sang ayah sudah lama menderita penyumbatan pada pembuluh darah menuju jantung, sehingga membuat aliran darah menuju organ-organ lain menjadi terganggu bahkan hingga menyebabkan kerusakan pada beberapa syarafnya. Hal itu diperparah dengan ditemukannya peradangan yang terjadi di otak Arsan, itu lah yang membuat Arsan tak sadarkan diri hingga kini.

Geby tersenyum pedih, betapa terlihat tak bergunanya ia sebagai seorang putri. Ayahnya selalu mengusahakan apapun untuk kebahagian Geby, tapi apa yang bisa Geby lakukan untuk membalas sang ayah? Bahkan ayahnya sendiri sakit pun ia bisa tak tahu.

Azerio menatap Geby lamat, pasti tak mudah untuk gadis itu melewati segalanya sekarang. Tangannya terulur mengusap lembut kepala Geby. "Pulang dulu yuk, bersih-bersih. Istirahat dulu, nanti sore aku anter lagi ke sini."

Geby mengangguk pelan. Tubuhnya bangkit dengan sisa sisa tenaga yang dirinya miliki. Tak lupa ia menghubungi Anya dan Sabrina untuk datang dan menemaninya di rumah. Di keadaan yang seperti ini, akan sangat menyedihkan jika ia menghabiskan waktunya seorang diri.

Belum sempat kaki Geby keluar dari pintu rumah sakit, matanya mendapatkan sosok yang dirinya sangat kenali.

"Lo berdua ngapain di sini?"

"Aku yang suruh mereka dateng, Geb."

Geby menatap ke arah Azerio dengan mata penuh tanya.

"Iya, selagi lo pulang dan istirahat, gue sama Sagara bakal jagain bokap lo di sini," ujar Farrel menjelaskan.

Geby tersenyum tipis, hatinya menghangat. Dirinya merasa jika banyak orang peduli dengan hal-hal penting dalam hidupnya.

"Thanks, ya. Tolong kabarin gue terus," lirih Geby menatap Farrel dan Sagara bergantian.

Geby dan Azerio melangkah menjauh ke arah parkiraan rumah sakit.

Empat puluh menit mereka habiskan dalam keheningan. Azerio tidak mau membuat Geby merasa tidak nyaman, ia menghargai kedukaan yang tengah gadis itu rasakan. Sedangkan Geby, ada banyak hal yang menyinggahi kepalanya. Banyak hal yang hadir dalam lamunannya hingga membuat energinya terkuras habis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GEBRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang