Lupa Aku?

48 12 4
                                    

"Jeno!"

Langkahku semakin cepat mengikuti dirinya yang berjalan ke luar kelas.

Aku harus bertanya, kenapa dia mengecualikan aku dalam pembagian hadiah, kenapa?

"Lee Jeno! Tunggu aku!"

Sosok yang terus berjalan di depanku itu seakan tidak mendengar teriakan panggilan dariku, justru terus melanjutkan langkah dengan santai.

"Jeno, kubilang tunggu aku!"

Teriakan ketigaku berbuah indah, Jeno akhirnya menghentikan langkah, dan melengak ke belakang sedikit.

Kulihat alisnya yang mengkerut, dan matanya yang sedikit sipit tampak semakin sipit saat dia menatapku.

Eh?

Pandangan asing itu ....

Apakah dia terganggu?

Apakah Lee Jeno yang ini berbeda dengan Je yang kukenal?

Kenapa?

Apakah dia tidak mengenalku?

Langkahku sontak terhenti saat mendapat tatapan dinginnya, kutatap dirinya dengan menggigit bibir bawah, ragu.

Jeno yang berjarak hanya lima langkah di depanku itu, masih berhenti.

"J-Jeno?"

Kucoba memanggilnya sekali lagi, tapi ekspresinya yang dingin tidak berubah.

Benar, dia tidak mengenalku? Tapi kenapa saat di kelas tadi terus menatap tajam ke arahku?

"Je, uhm, maksudku, Jeno, apakah kamu nggak kenal aku?"

Ayolah, tolong di jawab, tolong katakan iya atau tidak.

Jeno malah tetap diam, mulutnya itu tetap terkatup rapat.

Melihat itu, aku segera mundur beberapa langkah.

"Umm, maaf, mungkin aku salah orang."

Malu-malu kuucapkan kata itu, dengan perasaan ingin segera lari dari sini secepatnya agar tidak terlalu malu.

Ah, dasar.

Seharusnya aku cek dulu apakah dia masih mengenali aku atau tidak tadi, ini semua gara-gara iPhone!

Setelah Jeno bagi-bagi iPhone dan makanan serta barang mewah ke  teman sekelas, dia yang langsung dianggap sebagai raja di kelas kami, izin keluar sebentar.

Dan tadi karena rasa cemburu hanya aku yang tidak dapat iPhone, terburu aku ikut izin keluar dan mengejarnya seperti ini.

Sebelum Jeno menjawab dengan kata-kata pedas, aku segera berbalik dan berlari masuk ke dalam kelas.

Saat masuk ke kelas, betapa kagetnya, tempat dudukku di samping Sehun sudah di duduki Incess, sang tunangan Sehun.

Ragu, aku berjalan mendekat.

"Maaf tapi ... itu tempat duduk ak–"

"Mau jadi pelakor?"

Sahutan pedas dari Rachel segera membungkam mulutku, sementara Sehun yang mendengar kata itu, melotot ke arah Rachel.

"Bicaramu kasar banget! Ini tempat duduk Ahra dari tadi, cari tempat duduk yang baru sana!"

Bentakan Sehun itu bukannya menyurutkan nyali Rachel, gadis itu malah semakin mendekat dan bergelayut manja di lengan Sehun.

Zero or Hero?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang