Semenjak kejadian itu, Ahra yang dulu pun berubah.
Ahra yang sekarang tidak bisa melihat wajah June lagi dan wajah cowok mana pun tanpa refleks melihat ke arah bawah pinggang, manatap tonjolan di sana dengan perasaan tak menentu. Merasa ketakutan sendiri dan tak yakin mampu bertatap mata dengan lelaki mana pun lagi.
****
Setelah demamku menurun, sejujurnya masih tidak berani turun ke rumah Mr.Park sampai dua hari, meski merasa bersalah tidak menjalankan tugas dengan benar karena ketakutan jika bertemu dengan June.
Besoknya lagi, aku baru berani turun, tapi tetap tak mau bertatap muka dengan June. Setiap kelihatan badannya dari jauh, aku langsung melarikan diri atau bersembunyi di balik badan Rika yang besar.
Sampai malam ini, saat aku sedang mencuci piring sendirian di dapur.
"Ahra."
Seperti tersetrum rasanya mendengar suara itu, badan pun spontan menegang karena ketakutan yang menyerang. Aku memutuskan tidak berbalik dan tetap sibuk mencuci piring untuk menyembunyikan rasa takut.
"Ra."
Bibir tetap tak mengeluarkan jawaban atau berbalik, sengaja mengabaikan panggilan June.
"Kamu marah?"
Untungnya dia merasa tahu diri dan tidak terlalu mendekat.
"Ahra, kamu menghindariku?"
Kukatupkan mulut untuk menahan jawaban, merasa sangat belum siap menatap mukanya atau aku akan muntah lagi.
"Ahra, please jangan begini. Kemarin aku–"
Kudengar langkah kaki June yang mendekat, spontan rasa gemetar pun mengambil alih tubuhku.
"Ahra, tolong. Jangan begini, Ahra. Aku–"
Siapa pun, tolong aku! Aku tak berani berbalik dan menatap muka cowok ini!
Tangannya menyentuh pundakku, mengalirkan sensasi merinding yang membanjiri tubuh.
"Ahra, lihatlah aku. Aku nggak biasa didiemin cewek. Kamu nggak bisa kayak gini ke aku."
June terus berkata dengan suara yang sangat minta dikasihani, sedangkan aku sendiri berjuang melawan ketakutan yang membanjir seperti air bah.
"Ahra, Please, janga begini. Aku sudah minta maaf padamu, 'kan? Kenapa menghukumku seperti ini .... "
June pasti menyadari tubuhku yang gemetaran, tapi dia malah mencengkeram pundakku dan hendak membalik paksa tubuhku untuk menghadapnya.
Ya Tuhan, Ya Tuhan. Siapa pun, tolong aku!!!
"June."
Suara berat di belakang kami yang datang tiba-tiba itu entah kenapa terdengar begitu melegakan, apalagi saat June spontan melepas pegangannya di pundakku, aku benar-benar bernapas lega.
"Ada apa, Yeol?"
June bertanya dengan suara yang begitu manis, kurasakan dia bergerak menjauh dariku, membuatku semakin lega setengah mati karena terbebas dari dirinya.
"Bukannya kita sedang main game? Ngapain malah ke dapur? Udah giliran kamu, tuh!"
Suara Chanyeol terdengar dingin dan sedikit ketus, membuatku memutuskan untuk tidak berbalik menatapnya atau aku hanya akan dihadiahi alis bertaut khas Chanyeol.
"Ah, oke."
June melangkah pergi, diam-diam aku menghela napas lega dan berbalik karena mengira sudah tak ada siapa-siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero or Hero?
RomanceSiapa yang akan dipilih Ahra, Sehun yang kalem tapi perhatian dengan ketampanan luar biasa meski harus terjebak hubungan tanpa kepastian, atau June yang dikuasai Jeno, cowok posesif, ganteng, kaya raya dan selalu membutuhkan dirinya secara fisik dan...