"Lu pasti nolak kan kalo gue larang ketemu Sehun di atap nanti?"Jeno melanjutkan ucapannya, tak memedulikan keningku yang berkerut menatapnya.
"K-kamu kenal aku?"
Akhirnya justeru pertanyaan seperti itu yang keluar dari mulutku, sedangkan Jeno, saat mendengar pertanyaan itu hanya mengendikkan bahu.
"Kalo kamu kenal aku, kenapa tadi saat aku panggil diem aja coba?" lanjutku.
Jeno malah mengambil ponsel di tanganku, melihat wallpaper gambar Boygrup EXO di layarnya.
"Ganti sama foto gue," ucapnya sambil menyerahkan ponsel padaku kembali.
"Apaan sih ngatur-ngatur."
Kubuang muka, bukannya marah, tapi aku terlalu bingung menghadapi dirinya.
Dia ini kenal aku apa tidak? Kenapa gayanya seperti kenal, tapi juga tidak seperti Jeno yang biasa?
"Rara."
Panggilannya sontak membuat aku kembali menatapnya, karena kaget Jeno yang ini bisa tahu panggilan yang disematkan oleh Jeno yang kusadarkan malam itu.
"Oh, nggak mau dipanggil Rara, maunya dipanggil Ah-ah lu, ya?"
"Apaan!"
Kupukul pelan lengannya.
Jeno mengelus pukulanku dengan mencondongkan mendekat, bibirnya sangat dekat dengan telingaku sampai satu gerakan saja mampu membuat bibir itu menempel di sana.
"Jangan mancing," bisiknya.
Napasnya yang hangat membuat tubuhku sedikit merinding, sebelum aku sempat menjawab, dia sudah kembali ke posisi semula.
Menopang dagu sambil menatap diriku acuh tak acuh.
"Mancing apaan, sih?" protesku. Semua teman sekelas sedang sibuk dengan urusannya masing-masing di jam kosong seperti ini jadi tidak ada yang memerhatikan kami di bangku belakang ini.
"Mancing ... buat melumat bibir elu."
"Je!"
Kepelototi dirinya yang bisa-bisanya mengatakan hal kotor seperti ini dengan wajah datar seakan apa yang baru saja diucapkan olehnya adalah hal wajar.
"Ya makanya jangan manggil nama gue, jangan ngikutin gue, jangan mukul manja gue dan jangan memasang wajah minta dicium kayak gitu," jawabnya masih dengan eskpresi lempeng.
"Jijik! Siapa juga yang memasang wajah ingin kamu cium?"
Refleks, kututup bibirku.
Apa iya aku memasang wajah seperti gadis yang ingin dicium olehnya? Ah, tidak mungkin!
Jeno malah mengulurkan tangannya yang panjang itu ke arah pipiku, mengelusnya dengan gerakan lembut menggunakan ujung jari.
"Mau nggak tinggal sama gue?"
Pertanyaannya tersebut tentu saja membuat aku bingung.
"Ngomongnya makin ngaco deh. Ohya, sekalian kita pas ngomong kayak gini, aku mau nanya, kenapa semua dapet iPhone dan lain sebagainya, lalu cuma aku sendiri yang enggak? Kenapa?"
"Elu mau?"
Dia malah membalas dengan pertanyaan, menyebalkan!
"Y-yaaa ... kalo dikasih sih aku–"
"Cium gue dulu."
"Najis!"
Kubuang pandang, benar-benar cowok menyebalkan!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero or Hero?
RomanceSiapa yang akan dipilih Ahra, Sehun yang kalem tapi perhatian dengan ketampanan luar biasa meski harus terjebak hubungan tanpa kepastian, atau June yang dikuasai Jeno, cowok posesif, ganteng, kaya raya dan selalu membutuhkan dirinya secara fisik dan...