Ini hari minggu.Berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya, minggu pagi ini terlihat cerah di mataku.
Yap, karena kejadian sedikit mengharukan kemarin ketika Sehun menolongku, jadilah langkah ini terasa begitu ringan saat menuju ruang latihan tempatku bekerja sama dengan Sehun untuk menggambar spanduk acara.
Mungkin, Sehun tidaklah seburuk apa yang dibilang orang-orang dan bekerja dengannya tidak sesulit bayangan.
Sampai di ruang kosong tempatku dan Sehun bekerja, tak ada siapa pun di sana, tapi aku yakin Sehun telah datang lebih dulu terlihat dari kain putih yang akan menjadi kanvas kami sudah terbentang di dinding dan sebuah laptop warna hitam yang menyala.
Tak ingin merusak apa yang sudah disiapkan Sehun, kuputuskan mengeluarkan alat-alat yang kami beli kemarin dan menjajarnya dengan rapi, tak lupa mengangkat tangga kecil di pojok ruangan untuk membawanya Ke dekat Kain putih.
"Sudah datang?"
Suara berat Sehun sedikit mengagetkanku, dengan rasa gugup yang entah kenapa tiba-tiba menguasai, aku mengangguk.
Sehun yang berjalan mendekat terlihat tampan dengan kaus hitam lengan pendek dipadu jeans hitam yang membalut kaki panjangnya, memakai outfit serba hitam sepertinya menjadi favorit Sehun, ditambah rambut ikal hitamnya yang sedikit menutup mata itu, sungguh disayangkan cowok setampan dia harus menjadi seorang gay.
Sehun memberi isyarat untuk mendekat Ke laptopnya, memperlihatkan padaku Desain yang sudah dirancangnya.
"Kulihat goresan tanganmu halus, tapi karena aku nggak biasa memercayakan hasil kerjaku ke orang lain dan susah percaya pada tangan orang lain, bagaimana kalau aku yang menyelesaikan semua sketsanya dan kamu membantu mewarnai?"
Tawarannya tidak buruk, toh aku paham apa maksudnya. Tak semua orang bisa bekerja sama dalam sebuah desain hasil karyanya.
Jadi, aku pun mengangguk. Tak masalah hasil siapa yang lebih menonjol, asal pekerjaan beres, bagiku cukup.
Sehun balas mengangguk dengan alis yang sedikit berkerut.
"Umm, sepertinya bekerja denganmu nggak seburuk bayanganku. Aku udah antisipasi kamu bakal protes karena seperti kujadikan asisten di sini."
Ucapannya membuatku tertawa.
"Aku nggak masalah dengan hal itu."
"Oke, jadi kita bisa mulai bekerja sekarang. Kita harus menyelesaikan ini sebelum hari jumat karena pada hari itu aku ada urusan penting."
Sehun mengambil kuas dan cat, menaiki tangga dan mulai melukis kain putih polos itu.
Tak terasa kami bekerja, hari sudah beranjak siang.
"Aku akan ke bagian komsumsi untuk mengambil jatah makan siang kita, kamu nitip apa?"
Sehun yang turun dari tangga menawari sambil melepas sarung tangannya. Aku menjawab terserah karena sedang fokus mewarnai bagianku.
Saking asyiknya tenggelam dalam lamunan ketika sedang mewarnai lukisan Sehun, sampai tak sadar ketika ada orang lain masuk dan berdiri di sampingku.
"Jangan terlalu dekat dengan Sehun."
Suara itu sontak membuatku terjingkat kaget dan mundur beberapa langkah.
June hanya mengendikkan bahu tak peduli, menatap pintu keluar dengan wajah bad mood ketika beralih pandang ke wajahku.
"Kamu suka dia, ya?"
"A-apa maksudmu?"
"Sehun, kamu tertarik padanya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero or Hero?
RomanceSiapa yang akan dipilih Ahra, Sehun yang kalem tapi perhatian dengan ketampanan luar biasa meski harus terjebak hubungan tanpa kepastian, atau June yang dikuasai Jeno, cowok posesif, ganteng, kaya raya dan selalu membutuhkan dirinya secara fisik dan...