Perasaan Satu Arah

72 13 0
                                    

Semalaman tak bisa tidur demi membayangkan kejadian beberapa saat lalu.

Imajinasi meliar tanpa bisa dikendalikan tiap kali mengingat bagaimana Sehun memeluk Baekhyun, apakah tadi mereka hanya sekadar berpelukan atau terjadi hal lain setelah itu, sungguh tak sanggup membayangkan.

Ya Tuhan, benarkah keduanya gay?

Jika Sehun normal, apakah dia tidak risih memeluk sesama cowok seperti itu? Aku yakin sekali, gosip itu nyata. Sehun gay, dan pasangannya adalah Baekhyun. Ya, tidak salah lagi. Dilihat dari arah mana pun, mereka cocok.

My God, kenapa harus Baekhyun? Ini sangat membuat iri sekaligus patah hati, sungguh!

Bagaimana bisa kedua makhluk rupawan itu saling jatuh cinta? Bagaimana kalau spesies orang tampan menghilang dari muka bumi ini karena mereka yang tidak tertarik dengan perempuan?

Ingin sekali rasanya merebut Sehun dari sisi Baekhyun, tapi, lihatlah diriku, seperti sebuah kentang jika dijajarkan dengan kedua cowok tampan rupawan itu.

Argh, aku pusing sekali. Sungguh.

Tak bisa menerima kenyataan bahwa Sehun yang tampan itu gay, hal itu membuatku shock. Benar-benar shock sampai tak berselera melakukan apa pun, bahkan meladeni ucapan pedas Yui.

*****

Sungguh, rasanya ingin tak datang saja ke ruang dekorasi sepulang sekolah ini, jujur, tak tahu harus memasang wajah seperti apa ketika harus bertatap muka dengan Sehun nanti.

Mampukah aku menyembunyikan ekspresi bahwa semalam telah memergoki dirinya berpelukan dengan Baekhyun? Bagaimana caranya bersikap biasa saja setelah melihat semua itu?

Sial, kenapa aku tak pandai berbohong begini?

Setelah beberapa menit dilanda kebimbangan, akhirnya kuputuskan untuk tetap melaksanakan tugas sebagai tim dekorasi.

Bagaimanapun juga, kemarin aku sudah membuat kesalahan dengan meninggalkan Sehun bekerja sendirian sampai malam, jadi hari ini tak bisa berbuat seperti itu lagi. Ini sangat bertolak belakang dengan kepribadianku.

Perlahan kubuka pintu ruangan itu, dan tampaklah punggung lebar Sehun yang terlihat sedang sibuk menggoreskan kuas di kain yang ada di hadapannya.

Dia tampak fokus sekali, dan ya, terlihat tampan seperti biasa.

Diam-diam aku menghela napas, kelemahanku adalah melihat makhluk tampan seperti dia, seseorang seperti Sehun adalah tipikal cowok yang membuat siapa pun tak bisa berpaling begitu saja ketika bertatap muka dengannya.

Dia menyimpan aura misterius yang sekaligus menarik para cewek dengan rasa penasaran, satu lagi, ketampanannya yang tak masuk akal itu membuat kita langsung berpikir: aku tak mungkin bisa menyentuhnya.

Anehnya, hal seperti itu bukan membuat kita mundur, tapi malah semakin penasaran sehingga terus mendekat, meskipun tahu bahwa pada akhirnya, hanya kita sendirilah yang akan terluka.

Seperti kumpulan laron yang mendekati cahaya, mereka tahu jika nekat terbang terlalu dekat, mereka yang akan kehilangan nyawa, tapi mereka tetap mendekat karena terpukau dengan pendar indah cahaya tersebut.

Sebuah analogi yang sangat tepat untuk merefleksikan diriku dan Sehun saat ini.

"Sudah datang?"

Suaranya mengagetkanku dan seketika mengembalikan ke alam sadar, relfeks aku pun tergagap dan akhirnya hanya mampu mengangguk.

Dia menatapku, dengan ekspresi biasa seakan tak pernah terjadi apa pun kemarin, sorot matanya pun tak menyiratkan kemarahan atau rasa tak suka atas sikapku padanya hari itu.

Zero or Hero?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang