Equilibrium (Part 4)

40 5 4
                                    

Tidak ada yang istimewa dari tempat itu, langit-langitnya dilukis serupa dengan awan sehingga ketika mendongak ke atas seolah seperti sedang menatap langit yang cerah. Tetapi bagi Norbek lukisan tersebut nampak menyedihkan, mungkin dulu warna yang ditonjolkan memang bagus. Tetapi sekarang nampak kusam kecoklatan.

Tempat itu terdiri dari alat mesin yang nampaknya digunakan sebagai suatu permainan, dindingnya dibentuk sedemikian rupa bagaikan suatu bangunan kecil. Norbek merasa seolah dia memasuki suatu miniatur kota, yang dipenuhi dengan pasir tentunya.

Tidak ada satupun petunjuk di tempat itu, ketika mereka hampir menyerah, tanpa sengaja Yora menemukan lift yang agak tertutupi dengan pasir.

"Selain menuju ke atas, lift ini juga menuju ke lantai bawah." Kata Yora. "padahal tidak ada tombol untuk menuju lantai dasar."

"Bogdan, aku ingin kau naik lalu memotong tali lift ini." Kata Norbek.

Tanpa banyak bicara Bogdan melaksanakan tugas itu, dia memotong tali lift dan mengakibatkan lift jatuh. Butuh sekitar 20 detik hingga mereka mendengar suara lift menghantam lantai dasar.

"Aku duluan!" Bogdan langsung melompat ke lantai dasar yang nampak tidak berujung.

Norbek dan Yora lalu ikut melompat juga.

Mereka mendarat tepat di atas lift yang telah hancur karena pendaratan Bogdan sebelumnya.

Di hadapan mereka ada sebuah tangga yang menuju ke bawah, anehnya tenaga daya di lantai bawah tersebut masih menyala. Lampu-lampu di dinding bercahaya menerangi perjalanan mereka menuruni tangga tersebut.

Warna platinum mendominasi lorong, suhu udara semakin rendah seiring jauhnya mereka berjalan.

Di ujung kaki tangga, mereka melihat sebuah dua daun pintu yang tertutup rapat dan terbuat dari bahan besi yang terlihat kokoh. Bentuknya seperti pintu lift. Di samping pintu tersebut terdapat tombol angka serta pengenal sidik jari dan pengenal retina. Pintu tersebut benar-benar sulit untuk dibuka.

Norbek berharap kekuatan Bogdan mampu untuk menghancurkan pintu yang tertutup rapat tersebut, namun setelah berkali-kali mendobrak tidak ada tanda-tanda pintu itu terbuka maupun retak, dan Bogdan tidak mau mengerahkan seluruh tenaganya karena mereka masih belum mengetahui ada apa di balik pintu. Khawatirnya kekuatan Bogdan menimbulkan kerusakan yang tidak mereka inginkan, terlebih sekarang mereka berada jauh di bawah tanah.

Sekali lagi kelebihan Yora digunakan, beruntung sekali Norbek mempunyai lulusan terbaik di misi kali ini.

"Teknologi keamanan ini sedikit primitif, walau begitu butuh beberapa waktu untuk masuk ke dalam sistemnya." Yora mengutak-atik komputer di depannya, lalu seketika pintu terbuka, udara dingin menghembus dari dalam dan membuat badan Norbek sedikit menggigil.

Walaupun agak gelap, Norbek tahu kalau tempat itu luas.

Luas serta begitu dingin.

"Tunggu sebentar, aku akan menyalakan lampunya." Kata Yora.

Pintu menyala dan menampakkan berlusin-lusin robot yang tengah membersihkan tempat tersebut. Tetapi bukan itu yang membuat mereka terperangah. Melainkan ribuan atau bahkan ratusan ribu peti yang terbuat dari kaca dan berisi manusia-manusia yang selama ini mereka cari.

"Wow.." Decak Bogdan.

Keterkejutan mereka hanya dibalas dengan suara robot-robot yang tengah sibuk membersihkan lantai.

"Apa mereka semua masih hidup?" Tanya Bogdan.

"Entahlah." Norbek mendekat dengan hati-hati, menunggu reaksi robot yang ada di dekatnya. Namun robot tersebut seolah tidak menghiraukan keberadaan Norbek, dia terus melakukan pekerjaannya.

Norbek mendekati salah satu peti kaca.

Di dalamnya terdapat pria yang sepertinya berumur 20-25 tahun, di sampingnya terdapat wanita yang umurnya terlihat tidak beda jauh. Mereka berdua saling menggenggam tangan. Norbek mengamati dengan teliti.

Mereka masih bernafas.

Walau pelan dan agak lambat, Norbek melihat mereka bernafas. Itu artinya mereka masih hidup.

"Ini benar-benar mengejutkan..." Gumam Norbek.

Dan robot-robot itu masih melanjutkan pekerjaannya.

----------

"Kelihatannya mereka dalam kondisi yang stabil." Kata Yora.

Norbek percaya itu, tempat ini dibangun dan dikondisikan sedemikian rupa agar dapat membuat kondisi fisik manusia tetap stabil bahkan setelah beratus-ratus tahun tertidur. Benarkah manusia-manusia ini tertidur? Norbek memperhatikan jauh lebih teliti sekali lagi.

Benar mereka tertidur.

"Apakah semua manusia di seluruh dunia berada di sini?" Bogdan bertanya.

Tidak mungkin Pikir Norbek, tempat ini luas dan dihuni oleh banyak manusia yang sedang tertidur. Tetapi ini masih belum seluruhnya.

Kali ini Norbek memerintahkan untuk berpencar. Bogdan menyisir bagian barat, Yora timur, dan Norbek utara.

Norbek mempelajari tentang planet-planet yang telah diberi benih oleh planet Sovremenn, dan Bumi salah satunya. Norbek mengetahui bahwa di setiap benua terdapat satu ras yang lebih dominan dalam hal populasi. Apabila memang seluruh manusia Bumi berada di tempat ini, maka seharusnya dia dapat melihat ras yang lain. Tetapi yang dilihat oleh Norbek kebanyakan manusia berkulit putih dan hitam, sebagian mungkin ada asia tetapi tidak terlalu kentara jumlahnya.

Ada sebuah peti kaca yang menarik perhatian Norbek.

Di dalam peti tersebut terdapat seorang pria berbadan gemuk, rambutnya telah memutih dan hampir botak di bagian tengahnya. Wajahnya berkeriput seolah-olah dia menanggung seluruh beban dunia. Tetapi bukan sosoknya yang membuat Norbek menjadi penasaran.

Tetapi sebuah jurnal yang diletakkan tepat di atas peti tersebut, Norbek mengambil jurnal itu dan membukanya. Norbek menyesal tidak mempelajari tulisan Bumi lebih serius, karena sekarang dia sedang kesulitan untuk membaca satu kata di halaman pertama.

Kon..konstan..konstantin?

Kata tersebut tidak terlalu familiar bagi Norbek, mungkinkah sebuah nama?

"Yora! Bogdan! Kemarilah." Suara Norbek bergema di ruangan yang sangat luas tersebut.

Mereka berdua mendatangi Norbek.

"Menemukan sesuatu?" Tanya Yora.

"Aku menemukan ini." Norbek menunjukkan jurnal yang dia temukan dan menyerahkannya pada Yora. "mungkin kau bisa membacanya."

Yora dan Bogdan menatap jurnal tersebut cukup lama, terbata-bata mencoba untuk merapal beberapa kata.

"Aku tidak dapat membacanya." Kata Yora. "ini bukan bidangku."

"Begitupun aku." Bogdan menyerahkan jurnal itu kembali ke pada Norbek.

Norbek memandang jurnal tersebut dengan serius, entah mengapa dia merasakan kalau semua jawaban ada di dalam jurnal yang sedang dia pegang itu.

"Baiklah kalau begitu." Kata Norbek. "Kita tinggal memotret lalu mengirimnya ke tim pusat di Sovremenn, semoga tim linguistik dapat mengartikannya."

Yora memastikan sinyal dari Bumi ke Sovremenn dalam kondisi bagus, setelah cukup yakin. Mereka mengirim potret jurnal tersebut.

Sekarang tugas mereka tinggal menunggu.


Bersambung.....

A Bed Time StoriesWhere stories live. Discover now