All the Knowledge (Part 3 End)

45 7 0
                                    

            "Wah sudah lama ya Nak Indra tidak datang berkunjung." Sosok tersebut menyalakan sakelar, ruangan menjadi terang benderang dan menampakkan sosok Pak Mahmud. Aku menyipitkan mataku, masih belum terbiasa dengan cahaya lampu yang sangat terang bagiku.

"Kamu sejak kapan datang ke rumah ini? Kenapa aku tidak dengar?" Beliau duduk di sofa.

"D-dari siang tadi Pak." Jawabku. "Bapak tadi tidur siang sewaktu aku datang."

"Ohh..." Katanya singkat. "Ternyata aku lama juga tidurnya hahaha... aku terbangun karena lapar, apa kau sudah makan Indra?"

Ditanya seperti itu, tiba-tiba perutku keroncongan dengan kencang dan terdengar oleh Pak Mahmud. Sepertinya itu cukup untuk menjawab pertanyaan beliau.

"Baiklah, tunggu di sini. Aku akan mengambilkan makanan, dasar Yasrul... teman kok dibiarkan kelaparan."

Beliau pergi ke dapur lalu kembali dengan pizza yang sudah dihangatkan dan segelas susu.

"Ini makanlah."

Tanpa menunggu lama aku memakan pizza tersebut dengan lahap, tidak lupa meminum susu. Pak Mahmud juga ikut makan, selama menyantap pizza kami jarang berbicara, hanya sekedar mengomentari betapa lebatnya hujan.

Setelah makanan habis dan perutku kenyang, aku mulai merasa mengantuk. Wajar memang, sekarang sudah hampir pukul jam sepuluh. Jam di mana aku biasanya sudah tertidur dengan nyenyak di kamar.

"Aku mau izin pulang Pak." Kucabut charger handphone yang ternyata persentasenya masih di bawah sepuluh persen, padahal aku merasa sudah lama mencoloknya. Mungkin sudah saatnya untuk aku bawa ke tukang service.

"Sudah malam begini nak." Sahut Pak Mahmud. "Lebih baik menginap saja."

"T-tapi aku tidak bilang ke orangtuaku kalau aku akan menginap, nanti mereka akan memarahiku."

"Sudahlah... bukankah dulu kau juga sering menginap di sini? Lagipula mereka kan tahu di mana Nak Indra berada kalau mau mencari."

Apa yang dikatakan Pak Mahmud benar, beberapa kali aku pernah menginap tanpa bilang-bilang dan orangtuaku tidak pernah marah. Asalkan di tempat Yasrul, tentu saja akan selalu diizinkan.

Pak Mahmud mendekati lalu memegang bahuku, beliau menekanku ke sofa dan aku terduduk. Beliau mengambil handphoneku.

"Tunggulah di sini dan jangan ke mana-mana. Aku akan memanggil Yasrul."

Seharusnya aku menghubungi seseorang selagi ada kesempatan, aku berusaha menggapai handphone yang diambil dari tangan beliau, namun lenganku lemas bagaikan mie yang sudah direbus, badanku pun tidak bisa aku gerakkan.

Pikiranku mulai berkabut, dan tanpa aba-aba aku jatuh tertidur.

Bila kau tanya mengapa aku tiba-tiba tertidur seperti itu maka aku tidak tahu, biasanya butuh sekitar sepuluh menit berbaring bagiku agar dapat menjangkau alam mimpi. Mungkin ini karena pengaruh susu yang diberikan oleh Tn. Mahmud.

Aku terbangun tetapi bukan di sofa, aku sekarang berada di kasur yang sangat empuk. Karena tidur (pingsan) yang sangat nyenyak, aku merasakan badanku terasa sangat segar bertenaga. Aku mencoba untuk duduk dan menyadari ternyata kaki juga pergelangan tanganku terikat pada keempat sisi ranjang.

"Nak Indra sudah bangun rupanya."

Aku menoleh ke arah suara Pak Mahmud, tidak hanya ada beliau yang ada di kamar ini. Ada juga Bu Ida dan Yasrul. Rupanya selama aku tidak sadarkan diri, aku telah menjadi tontonan satu keluarga.

A Bed Time StoriesWhere stories live. Discover now