Lamia (Part 3)

30 7 0
                                    

"Kau jangan berkeliaran lagi, mandi lalu istirahat—akan ada acara besar." Kata ibunya. Dayat pun mandi untuk menghilangkan semua kotoran yang melekat di tubuhnya seharian. Rumah yang mereka tinggali itu cukup besar untuk menampung 4 anggota keluarga. Ruangannya terdiri dari 1 kamar mandi dan toilet, juga 2 kamar tidur.

Selesai mandi, Dayat menuju kamarnya. Ia melihat Lestari telah memakai pakaian berwarna ungu yang kebesaran di tubuh kecilnya. Dayat melihat kalau pakaian serupa berwarna ungu tergeletak di atas tempat tidurnya. Tanpa pikir panjang Dayat memakai pakaian tersebut dan langsung merebahkan diri di ranjang, menutup mata dan membiarkan dirinya terhanyut ke alam tidur.

Suara pintu terbuka membangunkan Dayat. Ia membuka mata dan melihat kedua orangtuanya juga memakai pakaian yang berwarna sama dengan dirinya.

"Sudah bangun ya nak?" Ny. Marisa membelai rambut Dayat.

"Iya." Sahut Dayat. Ia melihat kalau adiknya juga sudah bangun.

"Kita mau ngapain? Lestari ngantuk." Kata adiknya.

"Kalian cuci muka dulu biar segar. Dayat, ayo temani adikmu."

"Mereka sudah berkumpul di lapangan tengah." Kata Sukatman. "Aku keluar duluan, mungkin mereka butuh bantuanku." Sukatman pergi keluar rumah.

Dayat dan adiknya selesai cuci muka. Sekarang badannya jauh lebih segar, ia cukup mendapatkan istirahat.

Awalnya Dayat mengira kalau sekarang sudah pagi, namun setelah ia melihat jam yang menunjukkan pukul 11 dan langit masih gelap. Barulah ia sadar kalau ini hampir tengah malam. Di lapangan sudah banyak orang, anak-anak dan dewasa memakai pakaian ungu. Berkumpul membentuk lingkaran besar dan saling memegang tangan.

Dayat dan keluarganya bergabung dalam lingkaran tersebut, kali ini yang mereka kelilingi bukanlah Sucipto seperti siang tadi, melainkan sebuah patung yang dari ujung kepala sampai pusar berbentuk seperti perempuan dan bagian bawahnya berbentuk ular.

Mereka saling berpegangan tangan sambil mengucapkan kata-kata asing yang tidak pernah Dayat dengar sebelumnya.

'n koningin uit Libië

vervloek nie as gevolg van sy skuld nie

die vrou van die weerlig was kwaad

lamia word 'n slagoffer

nie meer nie

Semua orang dewasa menyanyikannya dengan lancar dan penuh khidmat, api unggun kecil yang menyala di samping patung tersebut seakan mengikuti irama nyanyian, nyalanya semakin terang seiring gelapnya malam.

Mereka berputar dan terus berputar.

Lalu Sucipto berjalan ke arah patung tersebut sambil memegang wadah yang berisikan potongan-potongan kertas kecil, ia di depan patung tersebut dan langsung menyembahnya.

"TELAH DIMULAI!" Teriak Sucipto. Ia memasukkan tangan ke dalam wadah yang ia bawa dan mengeluarkan satu lembar kertas lalu membacakan nama yang tertulis di kertas tersebut.

"KELUARGA ARMAN!"

Seorang pria tua dengan rambut yang penuh uban, langsung memeluk istri dan anaknya. ia mengeluarkan air mata penuh suka cita.

Keluarga tersebut menuju ke tengah lingkaran di mana Sucipto menunggu mereka, Sucipto menyambut mereka dengan hangat, berbincang sebentar lalu membawa keluarga tersebut masuk ke dalam rumah besar.

A Bed Time StoriesWhere stories live. Discover now