Eros

93 9 7
                                    

Cahaya matahari tidak bisa menembus jendela kamar yang ditutup dengan tirai tersebut, walau jam sudah menunjukkan jam satu siang, namun Rahmat si penghuni kamar itu belum bangun juga. Bangun siang sudah menjadi kebiasaannya, malam ia habiskan untuk menonton film atau bermain video game. Kalau ia jenuh maka ia hanya akan berselancar di dunia maya sambil rebahan dan makan, Rahmat sangat jarang berolahraga. Alhasil bentuk tubuhnya seperti bapak-bapak berumur 40 tahunan, yaitu buncit. Padahal umurnya baru 25 tahun.

Rahmat akhirnya terbangun dari tidurnya, karena ia kelaparan maka Rahmat pun pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Di dapur Rahmat bertemu dengan ibunya yang sedang mencuci piring.

"Baru bangun ya nak?" Tanya Ny. Maryam kepada anaknya sambil membasuh gelas-gelas yang kotor.

Tidak ada jawaban dari Rahmat, ia masih sibuk mengisi piringnya dengan nasi.

"Lauknya ada di meja. Ibu belikan seadanya saja. Padahal ibu mau tanya kamu mau makan apa tapi kamarmu terkunci."

"Tidak apa-apa." Kata Rahmat singkat.

Lalu Rahmat kembali ke kamarnya dengan sepiring nasi dan beberapa cemilan di tangannya.

══════════════════

Sepanjang hari itu Rahmat habiskan dengan nonton film dan makan, ia keluar dari kamar apabila hanya ingin ke toilet, Rahmat tidak menghitung sudah berapa hari ia tidak mandi, ia berpikir tidak ada gunanya untuk mandi. Toh, ia tidak akan menemui siapapun juga dan hanya berada di dalam kamarnya.

Ny. Maryam memanggil anaknya untuk keluar dari kamar karena ini sudah jam makan malam, dan Ny. Maryam ingin mereka makan bersama. Namun Rahmat tidak mau, karena itu artinya ia harus bertatap muka dengan ayahnya.

Ayahnya selalu saja menyuruhnya untuk mencari pekerjaan atau melakukan hal positif selain hanya mengurung diri di dalam kamar.

"Rahmat ayo cepat keluar, kita makan bersama dengan ayah." Ny. Maryam mengetuk pintu kamar anaknya namun tidak dihiraukan.

Rahmat membaca komik sambil berpura-pura tidak mendengarkan.

"Apa dia masih tidak mau keluar?" Rahmat mendengar suara ayahnya dari balik pintu kamar.

"Sudahlah yah. Mungkin Rahmat masih kenyang." Kata Ny. Maryam.

"Tidak bisa, dia harus keluar dari kamarnya. Selalu mengurung diri seperti babi saja."

Kali ini ayahnya yang mengetuk.

Atau lebih tepatnya menggedor.

"RAHMAT AYO CEPAT KELUAR! KAU MAU JADI APA HAH?! HANYA DI DALAM KAMAR TERUS!" Tn. Ridwan berteriak dengan kencang.

"Ayah..kasihan Rahmat diteriaki begitu.." Ny. Maryam berusaha untuk membujuk suaminya.

Namun Tn. Ridwan masih saja berusaha untuk membuat Rahmat keluar dari kamarnya. Rahmat tidak tahan dengan teriakan tersebut, dengan rasa takut akhirnya ia membuka pintu kamarnya dan keluar dengan kepala menunduk.

Enggan untuk menatap ayahnya.

"Dasar pemalas." Kata ayahnya sambil melengos pergi.

"Ayo nak, mari kita ke dapur untuk makan. Ayahmu memang seperti kalau sedang marah, jangan dimasukkan ke hati." Ny. Maryam berusaha untuk menenangkan anaknya.

"Iya bu." Jawab Rahmat.

Lalu Rahmat dan ibunya menyusul ayahnya yang sudah berada di meja makan.

"Ayo cepat makan.." Kata Ibunya.

Rahmat kemudian duduk di kursi yang berseberangan dengan ayahnya. Tn. Ridwan tidak memperdulikan kehadiran Rahmat dan fokus pada makanannya. Rahmat gemetaran mengambil lauk yang berada di samping ayahnya, takut kalau ia akan melakukan kesalahan dan ayahnya akan mencemoohnya lagi.

A Bed Time StoriesWhere stories live. Discover now