Lamia (Part 2)

36 7 0
                                    

Tepat setelah Dayat memakai pakaian yang disiapkan oleh ibunya, tamu itu tiba. Pria berkumis dengan rambut yang hampir botak. Di sampingnya ada wanita berparas cantik, senyumnya manis, dan sangat harum. Aromanya begitu mencolok ketika wanita itu lewat di depan Dayat. Sukatman mempersilahkan pria botak dan wanita itu untuk duduk di meja makan.

Mereka makan sambil diselingi dengan obrolan-obrolan santai. Selesai makan, Tn. Sukatman mengajak pria botak dan asisten cantiknya untuk duduk di ruang tamu. Sukatman mengajak anaknya Dayat untuk duduk di sampingnya.

"Masakan istrimu enak sekali Sukatman, beruntung kau memiliki istri seperti dia. Sudah cantik, pintar masak pula." Kata pria botak tersebut yang diketahui bernama Sucipto. Ia melonggarkan ikat pinggangnya dan perut buncitnya semakin terlihat besar.

"Memang.. bisa dibilang aku adalah pria yang paling beruntung di dunia." Ucap Tn. Sukatman sambil tertawa.

Dayat tidak terlalu mendengarkan percakapan kedua orang dewasa tersebut, pikirannya sibuk tentang apa yang akan dilakukannya setelah ini. Sesekali melirik ke arah wanita yang sejak tadi hanya diam di samping Sucipto, gerakan tubuh dan perkataan yang keluar dari mulut wanita itu tidak ada yang tidak berguna. Semua seakan sudah sangat diperhitungkan. Dayat tidak tahu apakah menjadi seorang asisten harus seperti itu, apabila benar. Maka Dayat selamanya tidak akan memilih pekerjaan sebagai asisten, ia tidak ingin dikekang.

Ny. Marisa yaitu ibu Dayat, akhirnya ikut bergabung bersama mereka setelah membereskan meja makan. Lestari juga ikut bergabung dan duduk di pangkuan ibunya.

"Jadi kurasa kalian sudah siap untuk ikut?" Tanya Sucipto.

Pertanyaan itu membuat ayah dan ibu Dayat saling memandang satu sama lain. Tidak nampak keraguan dari wajah pasangan suami tersebut, malah sebaliknya. Seakan ini adalah hal yang paling mereka tunggu-tunggu.

"Tentu saja kami sudah siap." Kata Tn. Sukatman dengan mantap.

Wajah Sucipto langsung riang mendengar pernyataan pria yang ada di hadapannya itu.

"Baiklah. Sudah dikonfirmasi, Naila—cepat catat, bahwa keluarga Sukatman akan berhadir." Perintah Sucipto.

Dengan sigap wanita cantik yang namanya Naila tersebut langsung menulis di buku folionya.

"Apakah kuotanya sudah penuh?" Tanya Sucipto kepada asistennya.

"Iya sudah penuh." Jawab Naila singkat. Jawaban seperti itu sudah cukup bagi Sucipto.

"Ibu—nanti kita akan berhadir ke mana?" Tanya Dayat dengan penuh penasaran.

"Berlibur nak.." Ny. Marisa menjawab pertanyaan anaknya dengan lembut.

"Berlibur?? Asyiik, Lestari suka berlibur." Lestari melompat kegirangan di pangkuan ibunya.

"Lestari—jangan lompat seperti itu di pangkuan ibu, kamu itu sudah besar, kaki ibu jadi sakit." Kata .

"Iya bu maaf.." Lestari berhenti melompat-lompat.

"Kami sekeluarga sudah sangat menantikan saat berharga seperti ini, kapan lagi kami bisa memberikan yang terbaik untuk Lamia." KataTn. Sukatman.

"Kesetiaan kalian berdua sudah tidak perlu diragukan lagi. Aku sangat senang bisa mengundang kalian sekeluarga, sungguh suatu kehormatan bagiku." Ucap Sucipto. "Hidup Lamia!" Teriaknya secara tiba-tiba.

"Hidup Lamia!" Tiga orang dewasa di ruangan tersebut juga ikut berteriak secara bersamaan. Dayat dan Lestari tentu saja kaget dengan teriakan tiba-tiba seperti itu, dan hal itu membuat Dayat semakin bingung. Entah liburan dan tempat seperti apa yang akan mereka datangi nanti.

A Bed Time StoriesWhere stories live. Discover now