4. Kau milikku!

60 17 0
                                    

Jangan lupa ketuk bintang di pojok kiri✨
Happy reading:)

⁰⁰⁰

“Kenapa Sasa mukul Reno? Sakit tau,” ucap Reno sambil mengusap kepalanya yang kupukul.

Aku hanya cengengesan, sebenarnya aku 'tak bermaksud memukul kepalanya sekeras itu. Hanya refleks.

“Sini palanya, Sasa obatin,” ucapku.

“Kagak Mao!”

Reno mengerucutkan bibirnya sambil terus mengusap kepalanya. Ngambek ceritanya.

“Ya udah, Sasa pergi dulu.”

Aku melangkah bermaksud untuk pergi ke kelas. Tapi ... kenapa rasanya aku berjalan disini-sini saja. Kutolehkan kepala kearah belakang, benar dugaanku pasti Reno yang nahan. Kerah bajuku dijepit oleh jarinya yang putih itu.

“Kenapa sih Renren, Sasa mau ke kelas,” ucapku sedikit kesal karena kerah bajuku belum dilepas.

“Sasa lupa?”

“Lupa apa?” tanyaku balik.

Reno berdecak, “Kita kan pengen nikah,” ucapnya.

Kupikir Reno bakalan lupa tentang itu setelah kupukul kepalanya dengan helm. Bukannya aku 'tak pengen nikah dengan Reno. Tapi, setelah kupikir-pikir 'tak baik nikah ketika masih sekolah, apalagi belum punya pekerjaan, lagi pula aku belum sanggup menjadi ibu rumah tangga. Mengurus diri sendiri saja sudah repot apalagi ditambah mengurus orang lain.

Begitu pula dengan Reno. Pasti ini hanya efek cemburunya yang berlebihan, biasanya ketika aku bawa nikah dia pasti bilang 'ntar aja pas kita lulus sekolah ya'. Aku juga ingat kata bunda kalo nikah pasti suami minta yang aneh-aneh. Aku tak kuasa menahan sudut bibir ini terangkat membayangkan betapa bahagianya jika aku sudah menikah dengan Reno.

“Ngapain senyum-senyum?”

Aku tersentak seolah tertarik kembali kedunia nyata saat suara Reno terdengar. Padahal lagi asik-asiknya berhalu. Karena kata Cindy lebih baik menghalu dulu sebelum impian itu menjadi kenyataan.

“Emang kenapa?” tanyaku.

Matanya menyipit, “Senyum Sasa terlalu manis, nanti mereka suka sama Sasa,” ujarnya sembari mengalihkan pandangan ke arah lapangan basket.

“Mereka 'kan nggak liat!” ketusku.

Yang benar aja mereka bisa liat, orang lapangan basket dengan parkiran aja jauh.

“Ya udah, kita ke KUA sekarang,” ucapnya.

“Tapi ki--”

“KEPADA SELURUH KELAS DUA BELAS DIHARAPKAN SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN!”

“SEKALI LAGI KEPADA SELURUH KELAS DUA BELAS DIHARAPKAN SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN!”

Aku bersyukur di dalam hati, untung ada pak botak sebagai penyelamat dari kecemburuan Reno. Aku do'akan semoga rambut pak botak cepat tumbuh dan subur kembali.

“Kuy,” ucapku sambil menggandeng tangan Reno menuju kelapangan.

Aku tertawa dalam hati melihat wajahnya yang cemberut. Sungguh menggemaskan.

Sesampainya di lapangan kami menuju barisan masing-masing. Sudah terlihat di depan sana berdiri pak botak dan kepala sekolah.

“Anak-anak, kalian sudah tau bukan, bahwa setiap tahunnya kelas dua belas akan mengadakan jalan-jalan sesudah ujian akhir sekolah dilaksanakan,” ucap kepala sekolah.

Tetanggaku Cogan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang