Happy reading ✨
***“Gue pergi dulu.”
“Yoi, Bro.”
Kedua cowok di depan mataku ini bertos sebelum salah satu dari mereka meninggalkan ruangan ini. Reno mengusap kepala sebelum benar-benar berlalu.
Setelah ia benar-benar sudah keluar dari ruangan ini, pandanganku jatuh pada Zain yang tengah duduk pada bangku di samping ranjang, tangannya sibuk mengupas kulit apel merah ditangannya.
“Kenapa perginya gak bilang-bilang?”
Zain mendongak. “Kalau izin dulu, pasti kalian gak bakal baik lagi,” jawabnya sembari menyondorkan apel yang telah dipotong pada mulut dan kuterima.
Aku benar-benar tak habis pikir. Kembaran macam apa dia, meninggalkanku dengan orang yang jelas-jelas sudah membuatku kecewa.
“Tapi Reno itu udah selingkuh,” celutukku masih dengan mengunyah apel dalam mulut, menatap pada jendela yang menghubungkan langsung dengan cuaca yang cerah siang ini.
“Reno gak selingkuh.”
Aku tak membalasnya, memang benar jika tak ada bukti bahwa Reno selingkuh tapi apa alasannya dia lebih mementingkan Rissa dariku belakangan ini.
“Ya udah, Sasa mau pergi ke luar, bosan di sini.”
Zain menggeleng.
Aku menatapnya dengan pandangan memelas berharap ia mengizinkan aku keluar dari ruangan yang sangat membosankan ini.
Ia melotot. “Gak boleh!”
“Kenapa gak boleh?”
“Kaki lo masih belum sembuh.”
Aku menggeleng menyalahkan atensinya. “Siapa bilang jalan kaki?”
“Kalo gak jalan, gimana bisa keluar?”
Aku merentangkan tangan padanya. Ia mengerutkan dahi, bingung mungkin.
“Gendong,” rengekku sembari tersenyum.
“Manja!” ucapnya. “Bentar, gue tanya dokter dulu.” Ia berjalan ke luar dari ruangan ini, meninggalkanku sendiri.
Tak berselang lama ia datang membawa kursi roda. Aku bangun dari baring, sakit di kaki dan kepala memang rasanya sudah tak sesakit tadi.
Aku menggeleng saat ia menginterupsi aku untuk duduk pada kursi roda.
“Sasa gak mau di kursi roda.”
“Terus maunya gimana?”
“Pakai tongkat aja kalo gak mau gendong.”
Zain menggeleng kemudian berjongkok menepuk punggungnya. Aku yang paham maksudnya segera mengalungkan tangan pada lehernya.
“Lo dah kebiasaan manja sama Reno, jadinya gini, dikit-dikit minta gendong!”
Aku manja?
Aku menunduk kembali menarik tangan dari lehernya. Kembali berbaring pada ranjang, menatap pada jendela. Entah kenapa, mendengar kata itu aku sedikit sedih. Apa aku terlalu menyusahkan orang jika manja? Apa tak boleh aku manja padanya? Dia kembaranku, apa salah? Bang Rey, cuma dia orang yang benar-benar mengerti diriku.
“Lo baperan banget sih.”
Aku menunduk merasakan mata yang mulai memanas. Apa ia aku terlalu baperan? Terlalu manja?
“Jangan nangis, cengeng banget.”
Tanganku mengepal tak menatap padanya. “Pergi!”
Hening.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tetanggaku Cogan (SELESAI)
Roman d'amourSasa adalah seorang gadis yang cantik. Memiliki seorang sahabat yang digadang-gadang olehnya menjadi sosok pacar. Yang tidak lain tidak bukan ialah tetangganya. Reno yang tampan dan sangat perhatian membuat Sasa mau tak mau terus bergantung pada lak...