6. Ungkapan pertama Reno.

49 17 0
                                    

Happy reading ✨

Jus alpukat yang rasanya manis entah kenapa sekarang rasanya pahit. Bahkan untuk menelan pun rasanya susah. Serasa ada sesuatu yang mengganjal dalam tenggorokanku, mungkin itu perumpamaan hatiku yang belum siap untuk dinikahkan. Kembali kuraup udara dan menghembuskannya kembali.

"Lo kenapa Sa?"

"Hah?"

Cindy berdecak, "Lo kenapa dari tadi gue perhatiin melamun mulu."

Aku menggeleng. Aku pengen cerita sama Cindy tapi takut juga. Lagian juga belum pasti langsung nikah gitu aja. Kembali terbayang kata-kata om Rehan.

'Kalian akan menikah seminggu lagi!'

Apa-apaan coba, masak kita masih sekolah udah nikah. Lagian foto itu juga tidak seperti kenyataan. Ini gara-gara si Abang tukang foto waktu di pantai itu. Sekeluarga nganggap kami udah lakuin hal-hal aneh. Kesel kan?

"Tuh, kan Lo melamun lagi!" Decak Cindy.

"Bukan gitu." Kualihkan pandangan ke seluruh kantin.

"Lo udah dapat nomor Zain belum?" Tanya Cindy.

"Hah?"

"Hah heh hoh!"

Aku cemberut menghadap Pretty yang mengejekku. Dasar teman yang satu ini. Dari tadi diam aja makan. Sekali ngomong bikin mood turun.

Ku aduk kembali jus alpukat didepanku.

"Belum."

"Kok belum?!" Mukanya cemberut sambil menyeruput minumannya.

"Yah, belum," jawabku seadanya.

Muka Cindy tambah cemberut, "Lo udah janji!"

Kembali ku minum jus alpukat milikku.

"Besok."

Cindy mengangguk dan mulai memakan bakso didepannya begitupun denganku. Sekarang sedang istirahat, aku tidak menemui Reno dulu, lagian aku masih kesal bukannya bantuin jelasin soal foto itu, malahan Reno bilang 'Reno khilaf' katanya. Padahal kan mana ada.

***

Hari ini memang panas. Aku sedang menunggu jemputan dari bang Zidan. Sudah lumayan lama aku menunggu dari saat bel pulang berbunyi. Hanya ada beberapa orang yang tersisa. Lagi pula seharian ini aku memang belum bertegur sapa dengan Reno. Masih canggung tapi rindu.

"Naik."

Aku membuang muka saat Reno menawarkan tumpangan. Ngambek ceritanya.

"Sasa, ayo naik."

Aku masih membuang muka 'tak memandangnya. Aku tidak tau apa yang dilakukannya karena posisiku sekarang membelakanginya. Aku mengerutkan dahi saat 'tak mendengar suaranya lagi. Mungkin sudah pulang. Ku balikkan badan. Ternyata Reno masih diposisi tadi, duduk di motornya dan diam.

"Ngapain masih disini?" Tanyaku.

"Nungguin Sasa," jawabnya.

"Sasa pulang bareng bang Zidan," ketusku.

Ia menatap sekeliling, "Mana? Bang Zidan nya nggak ada tuh."

Aku menggerucut. Benar, kemana bang Zidan. Kenapa belum datang?

"Lima menit lagi bang Zidan datang," ucapku tetap teguh.

Reno mengangguk tetap diam di tempat.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Lima belas menit.

Dua puluh menit.

Tetanggaku Cogan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang