Part 5

289 31 5
                                    

Suasana sepi menyelimuti rumah keluarga Rahardi kecuali sebuah kamar di bagian ujung lantai dua. Seorang pemuda dan adiknya sedang berdebat karena si adik tiba - tiba saja berada di dalam kamarnya.

"Woyy. Lo ngapain di kasur gue ..." teriak Fildan.

Lesti terkejut bukan main karena teriakan kakaknya itu. Matanya membulat memelototi Fildan seperti akan menerkamnya. Gadis itu baru saja bisa larut dalam tidurnya belasan menit yang lalu. Dan sekarang sang kakak justru mengganggunya.

Plaaak... sebuah bantal mengenai wajah manis Fildan.

"Enghh. KAKAK BAWEL, RIBET, RUSUH, DEDE NGANTUK.." Oceh Lesti lebih seperti macan betina yang mengamuk.

Fildan melotot sambil mengelus dada karena bentakan Lesti. Bukankah seharusnya dia yang marah -marah karena kelakuan nakalnya. Kenapa terjadi sebaliknya?.

"LAH INI KAMAR KAKAK, KAMU NGAPAIN DI SINI? BIASANYA KAMU TIDUR DI SINI KALAU SIANG DOANG KAN?." Seru Fildan tak kalah ribut.

Tiba -tiba Fildan teringat sesuatu matanya beralih menatap ke tubuhnya sendiri. Dia bernapas lega, syukurlah tadi malam ia memakai piyama lengkap. Jika tidak, Lesti pasti akan berbuat usil lagi padanya yang suka tidur bertelanjang dada.

Lesti ikut menatap ke arah pandangan mata Fildan. Senyum jailnya pun mengembang sempurna.

"Tenang, kakak belum aku apa - apain kok." Ujarnya santai.

Plakk plakkk. Kali ini bantal kembali terbang, namun beda sasaran. Lesti yang terkena tembakan bantal beruntun. Bukan hanya di wajah, tetapi juga kepala dan punggungnya. "AYAH kapphkh Filpghhgdhbdma solimmmmm..pphh.."

Fildan membekap mulut Lesti. Adiknya ini memang tidak ada akhlak. Jam dua malam berteriak di dalam rumah. Kalau sampai ayahnya mendengar, Fildan bisa dihajar habis - habisan.

"Diem ga?. Ah elah anak ini."

"Ahu ha hahu hiham,"

"Ngomong apa sih?."

"Eeeeeeeh"

"Aaaahhhhmph" Kali ini Fildan yang harus berteriak karena Lesti menggigit pergelangannya. Tetapi Lesti langsung membekapnya dengan kuat hingga tanpa sengaja keduanya terjatuh di lantai.

Brakk

Fildan dengan sigap menahan kepala Lesti yang nyaris menyentuh ubin kamarnya itu. "Aucch."

Kepala Lesti selamat, tetapi tidak dengan lengan, punggung dan kepala Fildan.

"Kak, kakak ga papa?." Tanya Lesti panik melihat wajah Fildan yang meringis kesakitan.

"Ga papa dek. Terbentur dikit doang. Dede ga papa?."

Fildan bukannya mengkhawatirkan keadaannya sendiri, ia justru memeriksa keadaan tubuh, mengusap atau memijat kepala hingga lengan adiknya itu.

"Ga ada yang luka, Alhamdulillah."

Lesti terpaku dengan perlakuan manis kakaknya. Sekian lama berada di keluarga barunya ini, baru sekali ia melihat mata penuh kekhawatiran berlebihan dari Fildan. Ia langsung memeluk sang kakak dengan erat. "Makasih kak. Dede ga papa kok." Ucapnya dengan sedikit terisak.

"Loh kok nangis?."

"Nggak, gak papa. Sini dede bantu."

Lesti membantu Fildan berdiri dan membawanya ke atas ranjang. Dipijatnya dengan pelan lengan dan kepala Fildan, lalu sesekali ditiupnya. "Kakak dah baik? Maafin dede ya kak."

"Iya."

"Beneran baik aja kan kak?." Tanya Lesti memastikan.

"Iya dek. Nih. Auch." Ketika ingin menggerakkan lengannya, justru nyeri kembali muncul. Membuat sang adik berdecak kesal.

Kembalikanlah Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang