Part 27

290 30 21
                                    

Fildan berjalan tanpa arah yang jelas. Pikirannya kacau karena kesal melihat kemesraan Lesti dan Billar tadi.

"Hah, aku baru sampai sini?."

Fildan melirik ke sana ke mari. Kakinya sudah lelah meskipun perjalanannya sangat singkat. Dia belum memakan apapun pagi ini. Fildan memasuki area Taman Puspita Indah yang berjarak hanya beberapa menit dari Pondok Indah, komplek Rumah Nia.

Fildan duduk di bangku taman dengan keringat bercucuran. Tangannya sibuk memeriksa isi koper, mencari sesuatu untuk mengelap keringat. Dan ia menemukan sebuah sapu tangan biru.

"Lucu banget ini, kenapa bukan Fildan ya tulisannya," ucapnya ketika membaca nama yang tertera di saputangan itu. Fildan mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat sambil menatap ke sekelilingnya. Suasana pagi di hari ini sangat ramai dengan banyak orang yang berlalu lalang dalam kegiatan mereka. Fildan terus menatap mereka dengan senyuman mengembang di wajahnya.

Atensi Fildan teralihkan saat melihat seorang gadis remaja dan seorang pemuda saling berkejaran sambil tertawa riang, tetapi itu membuat Fildan kembali merasakan nyeri di kepalanya.

"Auchh."

Bayang - bayang dua orang lain yang saling mengejar dan tertawa riang muncul di pikiran Fildan. Wajah mereka tak tampak jelas, tapi Fildan sadari jika salah satu dari dua orang itu adalah dirinya. Perlahan penglihatan Fildan kabur dan tak sadarkan diri.

***

Lesti terus merapalkan doa sambil mengedarkan pandangannya ke jalan raya.

"Yaa Allah, selamatkan Kak Fildan, jagain kak Fildan."

"Lesti sabar Les," ujar Nia yang dari tadi mengusap punggung Lesti untuk menenangkannya.

Lesti menggenggam tangan Nia. Perasaannya semakin tak karuan, firasatnya mengatakan terjadi sesuatu yang buruk pada kekasihnya.

"Nia kondisi Kak Fildan itu belum stabil. Obatnya juga ketinggalan di kamar tamu. Gimana kalau dia kambuh Nia," Ujarnya panik.

"Sabar Les, sabar."

"Pak Oji lajuin," seru Lesti.

Pak Oji hanya mengangguk pelan sambil menambah kecepatannya. Hingga mobil mereka melewati area taman Puspita Indah.

"Kak Fildan."

Lesti merasa Fildan ada di dekatnya.

"Pak berhenti."

Ciiit. Pak Oji mengerem mendadak mendengar suara Lesti.

"Les, mau kemana Les," seru Nia.

Lesti berlari ke luar mobil menuju ke dalam area taman. Ia terus berputar - putar tak jelas di sana.

"Kak Fildan, kakak di sini?," gumamnya sambil menyusuri area taman. Tetapi nihil, Fildan tak ada di sana.

Lesti tak sengaja menabrak sebuah batu dan terjatuh, "Aduh.., yaa Allah, sakit."

"Yaa Allah Les, kamu gapapa?," Seru Nia.

Lesti menggeleng sambil membersihkan tapak tangan dan celananya yang kotor. Namun tiba - tiba pandangannya tertuju kepada sebuah sapu tangan di atas bangku taman. Lesti bangkit dan berjalan tertatih - tatih menuju bangku itu.

"Nia, ini sapu tangan kak Fildan Nia."

Lesti melihat ke segala arah. Mencari empunya sapu tangan itu. Tetapi tak ada.

"Mungkin mirip doang Les," Ujar Nia.

Lesti menggeleng, ia tahu persis siapa pemilik sapu tangan biru itu. Di sapu tangan terdapat tulisan "Filles" dari jahitan tangan Lesti sendiri.

Kembalikanlah Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang