part 10

250 26 26
                                    

"Selfi sibuk apa sekarang?," Tanya Fildan.

Gadis berhijab di depan Fildan itu tersenyum geli dengan pertanyaan Fildan. "Sibuk belajar mantapin semua hobby. Nulis, gambar, photografi."

"Oh." Fildan menunduk dengan wajah sedikit merona. Membuat gadis berhijab itu semakin ingin meluapkan tawanya.

"Kakak masih suka sama Selfi?."

Degh. Kali ini bukan sedikit merona. Wajah Fildan sepenuhnya memerah hingga ke telinga. Fildan sampai meneguk salivanya dengan susah payah. Namun segera ia tepis dengan gelengan kepala yang cepat.

"Dia udah 17 tahun sekarang. Ga niat menyatakan isi hati ?."

Fildan mendongak menatap gadis berhijab itu. Matanya berkedip berkali - kali, tak percaya dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya.

"Rana, aku..."

"Kenapa selalu malu - malu meong kalau bahas Selfi sih?." Tuduh gadis yang dipanggil Rana sambil sesekali mengulum bibirnya.

"Dek. Kamu ah." Fildan menggaruk pelipisnya yang terasa gatal tanpa sebab.

"Makanya kak. Jan terlalu jaga jarak dari perempuan. Begitu kenal dan dekat, nyangkut kan?." Ejek Rana.

"Kamu tuh ya. Dari dulu ga berubah, doyan banget godain kakak soal Selfi." Ketus Fildan mengalihkan pandangannya.

"Soalnya cinta dalam hati itu menyakiti kedua belah pihak kak."

Rana meminum coffeenya yang mulai dingin. Mengambil sebuah note di tasnya dan menulis sesuatu di atasnya.

"Ini." Rana meletakkan note itu di depan Fildan. "Nomor hapenya, siapa tau mau perjuangkan lagi. Mumpung ade aku belum dekat sama siapapun."

Fildan tersenyum simpul menatap deretan angka yang tertera di note itu. Pikiran masa lalu di mana ia melakukan magang di SMP tempat Selfi belajar kembali berputar di kepalanya. Sebuah kenangan singkat dengan gadis berhijab cantik yang diam - diam mencuri hatinya.

"Kakak ga mau pacaran kan?. Tunangan aja dulu. Diiket ade aku." Ujar Rana sambil memainkan kedua alisnya dan tersenyum lebar.

"Kamu tuh Ran. Dari jadi adek kelas, sampai sekarang. Doyan banget ngejodoh - jodohin orang." Oceh Fildan yang membuat Rana melepaskan tawanya. Kesan kalem yang biasa ia tunjukkan di hadapan banyak orang seketika sirna karena pernyataan sahabat masa lalunya ini.

"Kalau dulu Rana dokter cinta, buat bantuin orang move on. Sekarang Rana jadi mak comblang. Buat nyatuin orang - orang introvert berat kek kalian."

Fildan tersenyum miring. Gadis dihadapannya ini salah satu orang yang diam - diam bisa dekat dengannya karena hobby yang sejalan. Fildan suka memotret dan hasilnya dijadikan visualisasi tulisan Rana. Sikap dingin dan acuh seseorang terhadap Rana tak menciutkan kebiasaan gadis itu berteman dengan siapapun, termasuk Fildan.

"Selfi itu banyak yang suka. Apa saya pantes dapatkan dia?."

Rana mengangguk mengiyakan sambil menghabiskan sisa coffeenya. "Pantes. Apalagi Kak Fildan itu salah satu kandidat terkuat yang disukai sama Selfi. Maksud Rana, karakter kek kak Fildan itu typenya Selfi banget."

"Ehm.." sebuah dehaman singkat membuat Fildan terpaku di tempatnya. Meski hanya sebuah dehaman, Fildan sudah bisa menebak siapa orang yang menimbulkannya.

Rana melambai kuat melihat sosok gadis berhijab lain yang berjalan dari arah pintu.

"Sini dek."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Gadis itu bergerak pelan mendekati meja Rana. Membuat hati pemuda yang berada di seberang meja itu menunduk malu tak berani mengangkat kepala.

Kembalikanlah Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang