9 - 'Ancaman'

5.7K 762 88
                                    

"Alvey!" Teriakan Jingga menggelegar seisi kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alvey!" Teriakan Jingga menggelegar seisi kantin. Ia pun menghampiri sang adik. Sedangkan Haje yang terlihat geram segera mencengkram kerah seragam Mahesa. Hendak memukulnya kembali namun terhenti saat Budi memisahkan keduanya diikuti seorang guru PAI bernama Pak Syaiful.

"Udah, Bang, Udah!" teriaknya.

"Haje! Udah kelas 12 masih aja nyari ribut. Sebentar lagi TO sama Ujian! Kamu lupa?"

"Ke ruang BK, 'kan?" tanya Haje, lalu tanpa berkata apa pun lagi, Haje menarik kerah Mahesa berjalan menuju tempat yang dituju.

Jingga menggeplak bahu Alvey cukup keras. "Gue bilang juga apa, kunyuk?! Jangan ikut campur! Kena pukul kan lo?!"

Alvey sendiri terdiam saat mulutnya terasa amis. Tak terkejut saat darah menetes menyentuh lantai dari ujung bibirnya. Sudah lama ia tak mendapat pukulan semenjak insiden terakhir kali bersama sang ibu.

Budi menghampiri kedua adik kakak itu bersama Kamal. "Vey, lo nggak papa?"

Yang ditanya menggeleng pelan sebagai jawaban lantas berdiri dengan perlahan. Tangannya menutup mulut tak membiarkan darah itu terlihat orang lain kemudian pergi ke toilet terdekat. Jingga memberi kode pada Budi untuk mengikuti sang adik. Ia sendiri akan menyusul Haje dan Mahesa.

Di toilet, Alvey membersihkan darah yang ada sampai selesai. Budi yang ada di sampingnya bertanya, "Ngilu ya?"

"Yaiyalah, bibir gue sobek gini, perih. Gigi gue juga kena jir, sakit." Alvey meringis sembari memegang lukanya.

"Ke UKS sana," titah Budi.

"Males. Lo nyuruh biar lo bisa bolos, 'kan?"

Budi cengengesan. "Tau aja lo. Ah, lagian gue masih laper. Gara-gara lo, makanan gue jadi ditinggalin. Makannya, kita ke UKS aja udah, terus makan di sana, sabi lah." Alvey mendelik, tetapi pada akhirnya mengiyakan juga.

Kebetulan saat keduanya hendak keluar dari toilet, seseorang masuk ke sana. Tentu Alvey dan Budi tahu itu siapa. Alvey menahan Budi untuk berhenti.

"Kalo gue omongin sekarang, menurut lo gimana?" tanya Alvey.

Budi mengendikkan bahunya. "Cobain aja. Lebih cepet lebih baik, 'kan? Gue bantuin ngomong, deh."

Budi mendekati orang tadi yang tengah mencuci tangannya setelah memakai sabun. "Bang," panggil Budi.

Orang itu--Fadil--menatap Budi dengan tatapan datarnya. Dengan ragu Budi bertanya, "Lo masih inget gue?"

Fadil menyelesaikan kegiatan mencuci tangannya. "Inget. Kenapa?" tanyanya lebih santai semenjak pertemuan terakhir semasa mpls kemarin.

"Temen gue mau ngomong sesuatu."

Fadil menoleh dan mendapati Alvey yang berdiri di ambang pintu. Ia sedikit takut sebenarnya, mungkinkah ia terkena masalah karena perlakuannya saat mpls hari pertama?

Alvey Diansa [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang