15 - 'Belum selesai'

4.1K 708 124
                                    

Jingga terus menggulir beberapa pesan dari grup kelasnya yang memberi info bahwa lusa, hari senin, kelas 12 akan melakukan pengayaan, dikarenakan sebentar lagi Try Out dan juga Ujian akan dilaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga terus menggulir beberapa pesan dari grup kelasnya yang memberi info bahwa lusa, hari senin, kelas 12 akan melakukan pengayaan, dikarenakan sebentar lagi Try Out dan juga Ujian akan dilaksanakan.

Namun perhatiannya tak sepenuhnya fokus ke sana melainkan pada sang adik yang sampai saat ini belum pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Cl, tuh anak ke mana sih?" Jingga mengirim pesan pada Alvey untuk yang kesekian kalinya, menyuruh cowok itu pulang. Ia khawatir padanya. Meskipun tengah sedang marah, tetapi jika dihadapkan dengan keadaan seperti ini ia tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.

Jingga baru sadar akan kesalahannya, harusnya ia tidak membiarkan Alvey keluar malam. Seluruh keluarganya, baik itu Ayah, Bunda maupun Tara tak pernah membiarkan adiknya itu bepergian sendiri apalagi malam-malam seperti ini, kecuali ada yang menemani, minimal sopir seperti Pak Ramzi.

Semuanya hanya takut kejadian di masa lalu terulang kembali. Saat insiden meninggalnya ibu kandung mereka dan di mana Alvey terluka.

"Lo kerja kelompok apa sih sampe jam 10 malem begini belum pulang. Bales chat gue, nggak kasian apa sama Pak Ramzi yang waktu pulangnya ketunda gara-gara nungguin balesan dari lo!"

Jingga melepaskan jarinya dari ikon berwarna hijau itu, selesai mengirim pesan suara pada Alvey. Ia lalu pergi ke depan dan melihat Pak Ramzi yang sudah terantuk-antuk menunggu info dari Alvey yang berpesan untuk menjemputnya saat ia menghubunginya nanti.

"Pak," panggil Jingga.

Pak Ramzi langsung tersadar dan berdiri dari duduknya. "Iya, Den?"

"Alvey belum ngasih kabar?"

"Belum, Den."

"Kalo nggak usah nunggu dia ngasih kabar, gimana? Jemput sekarang aja, Pak. Soalnya udah malem."

Pak Ramzi mengangguk. "Boleh, Den."

Mang Udin yang masih ada di sana segera membukakan gerbang untuk Pak Ramzi yang hendak menjemput anak majikannya.

Jingga menghela napas lalu kembali memasuki rumahnya. Ia melihat ponselnya-lagi, baru sadar jika Vio mengirimnya sebuah pesan. Tadinya, ia dan Vio hendak pergi bersama. Namun mendadak Vio membatalkannya. Jingga tak terlalu mempermasalahkan hal itu sekarang. Ia hanya perlu menunggu sang adik pulang dengan begitu rasa khawatirnya hilang.

Jingga bersandar memikirkan sikapnya pada Alvey belum lama ini. Jingga mengusap wajahnya kasar, frustrasi mengingat hubungan ia dan sang adik merenggang hanya karena Vio. "Gue emang kesel sama lo gara-gara udah jelekin Vio. Tapi gue tetep aja nggak bisa nggak khawatir sama lo."

Alvey Diansa [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang