25 - 'Bad Feeling'

5.8K 808 579
                                    

Hal yang Alvey lihat pertama kali setelah membuka matanya adalah seorang wanita yang tengah tersenyum padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal yang Alvey lihat pertama kali setelah membuka matanya adalah seorang wanita yang tengah tersenyum padanya. Ia bergeming, menikmati paras cantiknya lalu ikut mengulas senyuman. Namun itu tidak bertahan lama, lekukan bibirnya dengan mudah memudar. Realitasnya, kehadiran wanita yang ada di hadapannya itu adalah hal yang tidak mungkin.

Rama yang baru saja memasuki kamar putra bungsunya hanya diam di ambang pintu melihat bagaimana Alvey tengah melamun, duduk di atas kasurnya menghadap jendela yang sudah terbuka membawa angin pagi. Rama pun lekas menghampirinya. "Al."

Alvey menoleh sebagai respons. "Kenapa, Yah?"

Rama menggelengkan kepalanya. "Lihat kamu dari semalam kayak gini, Ayah jadi kepikiran sesuatu." Pria itu ikut duduk di samping Alvey dan mulai bercerita. "Dulu kamu itu cerewet banget. Nakal. Enggak bisa diem. Kalo ngomong berisik. Suka bikin pusing abang-abang kamu. Sakit juga masih aja hiperaktif. Tapi semenjak Citra meninggal, semua itu hilang. Ayah enggak pernah lihat kamu kayak gitu lagi. Kamu berubah total."

Alvey masih mendengarkan dengan saksama, ingin tahu bagaimana pandangan sang ayah tentang dirinya kali ini. "Mungkin enggak terlalu kelihatan, karena selama ini kamu normal-normal aja kayak anak biasanya. Sering adu mulut juga sama dua abang kamu. Tapi ada satu pertanyaan yang datang akhir-akhir ini."

Rama meraih tangan Alvey dan diusapnya dengan perlahan. "Kamu enggak kelihatan sedih atau terpuruk sekarang, tapi kalo dibilang senang juga Ayah enggak pernah lihat kamu ketawa lepas banget. Semenjak Citra enggak ada, kamu udah ngerasain lagi yang namanya bahagia?"

Alvey ikut bingung dengan dirinya sendiri. Setelah beberapa menit ia habiskan untuk diam, ia mulai menjawab, "Al punya Ayah, Bunda, Bang Tara sama Bang Jingga. Enggak semua orang punya keluarga yang saling sayang kayak kita. Dan kalian ... definisi bahagia yang sederhana buat Al. Ayah tenang aja, Al bahagia kok."

"Tapi Ayah enggak lihat begitu."

"Cuman perasaan Ayah aja kali. Al bahagia, cuman akhir-akhir ini Al mikirin banyak hal." Alvey memilin ujung bajunya. "Al kira, prinsip jadi orang baik yang enggak nimbulin masalah itu cukup. Tapi ternyata enggak. Setiap orang pasti punya masalah masing-masing, 'kan? Termasuk aku, yang masalahnya ada sama orang-orang yang aku bantu. Mau ngehindar juga enggak bisa karena udah takdir."

Alvey mengatupkan mulutnya sekilas. "Soal bahagia, Al udah kok. Kan kalian kebahagiaan Al."

Rama mengembuskan napas lalu menarik putranya pada pelukan. "Kalo kamu bahagia, tolong jangan kayak gitu lagi ya. Masalah kamu kan udah selesai, enggak ada yang perlu dipikirin lagi. Sakitnya kamu juga, jangan jadikan itu masalah. Jangan ngelamun terus, ya?"

Alvey membalas pelukan Rama. "Yah, Al mau cerita."

"Cerita apa, hm?"

Alvey Diansa [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang