Rama menyibakkan poni milik Alvey kemudian menyentuh luka yang masih membekas akibat kejadian yang berhasil merenggut nyawa istrinya. Sampai saat ini ia masih merasa bersalah sebab dikarenakan persaingan bisnis dulu, istrinya jadi korban dari instansi saingannya yang bermain gelap dan putra bungsunya trauma, melihat ibunya dibunuh langsung di depan matanya.
Alvey masih menutup mata semenjak ia tak sadarkan diri tadi sore setelah pulang mpls. Ia langsung mendapatkan perawatan setelah Tara membawanya ke tempat ini—Rumah Sakit.
Seorang wanita selesai melepaskan selang yang tadinya terpasang di lengan kanan Alvey—habis transfusi darah.
"Nah, transfusinya udah selesai. Pokoknya kalian pantau aja ya, jangan sampe dia kecapean lagi. Kalo dia kayak gini lagi Tante marah loh."
"Lah, kok marah?" tanya Jingga.
"Ya marah, Tante udah anggap Alvey itu anak sendiri. Kalo dia kenapa-napa, kalian ... Tara sama Jingga, yang bakal Tante tanya pertama kali," ucap Resa. "Oh ya, Kak Rama, nasal kanula yang dipake Alvey bisa dilepas besok. Ini udah malem, jam kerja aku juga udah habis. Aku pamit, ya. Besok aku ke sini lagi sama Kak Thea. Dia ada di rumah, 'kan?" tanya Resa dibalas anggukan oleh Rama.
"Yaudah kalo gitu aku pergi, daaa para ponakanku tersayang." Beda dengan Jingga juga Tara yang hanya mendapat lambaian tangan, Resa mengecup dahi Alvey dengan penuh kasih. Setelah itu, wanita berusia kisaran 38 tahunan itu meninggalkan ruang rawat.
"Yah, adek Ayah kok gitu amat, sih?" komentar Jingga.
"Gitu gimana?"
"Sama Alvey. Kayak yang bucin."
"Apaan bucin? Ya wajarlah dia kayak gitu," sahut Tara.
Rama mengangguk membenarkan perkataan Tara. "Wajar dia kayak gitu. Tante kalian itu kan sebenernya punya anak yang seumuran sama Alvey. Karena salah paham, dia cerai sama suaminya dulu, Om Nata. Terus hak asuh anaknya ada di tangan mantan suaminya. Udah delapan tahun dia nggak pernah ketemu sama anaknya. Nata bersikeras nggak biarin anaknya ketemu sama Resa," cerita Rama.
"Dih, jahat banget. Kalo gitu anaknya Tante itu sepupu kita dong, Ayah tau anaknya yang mana?" tanya Jingga.
Rama menggelengkan kepala. "Itu masalahnya. Ayah udah lupa siapa namanya, mukanya juga nggak inget. Kalian tanya aja sama Resa. Bisa aja sih, Ayah hubungin mantan suaminya, tapi udah pasti dia nggak bakal kasih izin buat liat anaknya," jawab Rama santai.
"Masa anaknya nggak boleh ketemu sama ibunya?" Jingga terlihat semakin kesal.
"Lagian Ayah sama Resa udah males ketemu sama Nata, orang yang memutarbalikkan fakta kalo ternyata dia yang selingkuh, bukan Resa," jelas Rama. "Jadi, nggak usah komen ya, kalo Tante kalian segitunya sama Alvey. Dia lagi kangen anaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvey Diansa [Terbit]
Teen Fiction[ Brothership, Friendship, Sicklit ] Sejujurnya, Alvey tidak pernah berkeinginan untuk mencampuri masalah orang lain. Namun, siapa sangka, dimulainya sekolah secara tatap muka juga mengetahui rahasia yang dimiliki oleh pacar kakaknya--Jingga--menjad...