08. Gift

1K 130 28
                                    

Galang memegangi lengan kirinya yang terasa pegal. Bukan hanya lengan kiri, melainkan lengan kanannya pun juga ikutan terasa pegal setelah menggendong Naura hingga ke gerbang sekolah. Galang juga memesankan ojek online untuk Naura lalu tetap menggendong cewek itu naik ke atas motor abang ojeknya. Intinya Galang telah berjuang sampai akhir tadi. Dan Ghiska datang menjemput setelah Naura pulang. Kalau Ghiska datang sebelum itu, bisa-bisa wanita itu akan heboh melihat anaknya menggendong cewek lain. Galang belum siap jika mamanya mencolek-colek kehidupan pertemanannya terutama soal Naura.

Ah, nasib coklatnya.

CEKLEK

Galang menghela nafas saat pintu kamarnya terbuka. Galang kira itu mamanya. Namun ternyata bukan. Raut wajah Galang yang semula suntuk kini malah terlihat emosi.

"Ngapain lo kesini?!" Tanya Galang dengan nada tinggi.

Gadis berambut panjang hitam legam itu menatap ke arahnya dengan datar.

"Ayo makan siang. Kamu belum makan siang kan, Galang?" Suara itu mengalun dengan lembut. Selembut paras dan tutur katanya.

"Gak usah ngatur-ngatur hidup gue!" Galang malah membalasnya dengan bentakan.

"Mama lagi pergi keluar sebentar. Makanannya udah disiapin. Kalo mau disuapin aku bisa-"

"Keluar dari kamar gue sekarang!"

Galang berjalan tergesa-gesa menuju pintu kamarnya. Ia berdiri dihadapan cewek itu. Meski sudah dibentak dengan keras oleh Galang, gadis itu tak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Tentu saja siapa yang akan takut dibentak oleh cowok mungil dan menggemaskan seperti Galang? Tidak ada. Bukanya takut orang-orang pasti malah merasa gemas.

"Di sekolah jangan sampe ada yang tau kalo kita ini adik kakak! Jangan pernah lupain itu!" Desis Galang.

Gadis itu menghela nafas.

"Iya tenang aja."

"Dan jangan pernah deketin circle pertemanan gue! Sekarang cepet keluar!"

"Iya."

Sang kakak pun hanya bisa pasrah menuruti perintah Galang yang menyuruhnya keluar. Namun begitu di ambang pintu, gadis itu kembali menoleh.

"Naura. Cewek yang kamu suka kan? Katanya dia suka Julian."

Tangan Galang langsung terkepal erat. Ia pun sudah tahu tanpa perlu diingatkan lagi.

"Gue bilang keluar bangsat!"

BRUKK

BRAKK

Setelah mendorong kakaknya itu keluar, Galang pun langsung menutup pintu kamarnya dengan kencang. Tak peduli bagaimana nasib orang yang baru saja ia dorong keluar. Galang mendengus. Ia baru saja bersikap buruk pada kakaknya sendiri. Tapi itu sudah biasa. Galang memang seperti itu terhadap saudaranya sendiri. Entahlah.. Galang hanya merasa muak? Mungkin begitu.

Galang pun merebahkan dirinya di ranjang lalu menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Terkadang Galang berpikir kenapa dirinya tidak jadi anak tunggal saja? Mungkin akan lebih menyenangkan jika ia menjadi anak tunggal dibandingkan punya seorang kakak yang...

My Bad Baby Boy (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang