36. I'll Forget You

601 86 13
                                    

Satu hari sebelum UAS berlangsung Naura memutuskan untuk belajar bersama di rumah Putri. Hanya berdua sih. Naura juga sudah meminta persetujuan Putri dan langsung disetujui. Walau Naura tahu jika nantinya hanya dirinya yang belajar karena Putri bukan tipe anak yang ambis. Karena beasiswanya Naura jadi harus terus mengambis agar semua fasilitas gratisnya tidak dicabut oleh sekolah.

"Nek, kak Feranda mana?" tanya Naura yang menyembulkan kepalanya di ambang pintu dapur.

Sang nenek terlihat sedang meracik sesuatu.

"Lagi ke warung dulu tadi Nenek suruh beli sesuatu. Mau berangkat?"

"Iya. Yaudah aku pamit ke Nenek aja ya. Pergi dulu ya, Nek."

"Ya, hati-hati."

Naura pun bergegas memakai sepatu. Sebelum itu ia sempat ke ruang tengah untuk mengambil beberapa permen dari dalam toples. Namun saat di meja ia melihat kertas selebaran kuliah yang pasti milik kakaknya. Awalnya Naura tidak peduli isi dari kertas itu tapi begitu melihat satu nama yang membuatnya salah fokus, Naura mengambil kertas itu lalu membaca satu nama dengan seksama.

"Rangga Elvano," gumamnya.

Nama itu ada di kolom pengaju beasiswa kakaknya.

"Kok belum berangkat?" sahut nenek Naura yang sudah selesai dengan urusan di dapurnya.

Naura pun bergegas memakai sepatu lalu berangkat.

"Berangkat dulu, Nek."

🌜🌜🌜

Kana di bawa ke rumah sakit untuk periksa mata dan kondisi tubuhnya yang sempat drop dua hari yang lalu. Sebenarnya itu hal yang biasa. Maksudnya, Kana berkunjung ke rumah sakit setiap dua Minggu sekali bersama orang tuanya itu sudah biasa. Yang tidak biasa adalah keikutsertaan anak lelaki bungsu keluarga itu yang tumben sekali mau ikut walaupun selama perjalanan ia tidak banyak bicara.

Karena hari ini papanya libur jadi mereka sekeluarga ikut mengantar Kana ke rumah sakit sekalian berniat makan di luar saat pulang nanti.

Sesampainya di rumah sakit Rangga pun merangkul anak lelakinya menyusuri lorong rumah sakit. Hampir setiap perawat atau bahkan dokter yang berpapasan semuanya menyapa Rangga karena rumah sakit tempat Kana biasa check up adalah tempat papanya bekerja.

"Tumben kamu mau ikut. Bukanya besok ulangan?" tanya Rangga.

Galang mendengus. "Gapapa."

"Nanti pulangnya mau makan spaghetti?" tawar Rangga sambil mencubit kecil pipi anaknya.

"Gak mau. Maunya pizza."

"Oke."

Ghiska yang berjalan di belakang kedua lelaki itu pun hanya bisa senyum-senyum sendiri. Tumben ayah dan anak itu akur padahal jika bertengkar sudah kayak apaan tau.

Selagi Rangga menemui teman dokternya yang sudah biasa memeriksa Kana, ketiga orang itu menunggu di depan ruangan Rangga.

"Kamu nanti tunggu di ruangan papa aja gapapa kan? Periksanya sebentar kok."

Galang mengangguk kecil. "Iya Ma."

Tiba-tiba Kana menyentuh tangan Ghiska. "Ma."

"Apa?"

"Bisa tolong beliin minum dulu gak di bawah? Aku lupa bawa minum."

My Bad Baby Boy (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang