"Dek tolong beliin sabun ke minimarket."
Naura menghela napas. Ia sudah selesai mengerjakan pr dan sekarang sedang belajar. Tapi nyatanya sudah sepuluh menit dirinya malah melamun memandangi ke luar jendela kamarnya sambil menikmati angin malam yang sepoi-sepoi.
"Dek!"
Yang Naura butuhkan sekarang adalah ketenangan. Naura ingin menjernihkan pikiran usai ia ternodai karena dicium oleh seseorang. Seseorang yang benar-benar membuat hari serta hatinya jadi kacau.
Oh, Naura kembali merona hanya karena mengingat bagaimana rasanya benda kenyal nan lembab itu menyentuh tipis pipinya yang juga gak kalah kenyal. Kepalanya tiba-tiba tertunduk malu. Rasanya ingin ada keajaiban dirinya bisa pindah sekolah atau mungkin sekalian saja lubang hitam menelannya dari bumi ini. Sungguh, Naura benar-benar malu sendiri sekarang.
BRAKK
"Dek yaampun denger gak sih gue panggil-panggil dari tadi?!"
Naura mengerjap cepat dan langsung melihat ke pintu kamarnya. Feranda berdiri di ambang pintu kamarnya dengan masih memakai seragam sebuah toko baju yang Naura ketahui.
Oh, kali ini kakaknya itu mencoba bekerja di toko baju rupanya. Naura seringkali melihat kakaknya berganti-ganti tempat kerja karena terbukti dari seragam yang dipakainya.
"Apaan kak? Lo baru balik?"
"Gue kira lo tidur soalnya gue panggil gak ada respon. Beliin sabun ke minimarket sebentar gih, gue mau mandi."
Feranda melangkah masuk lalu memberikan selembar uang berwarna merah pada adiknya.
"Sambil beliin gue gorengan yang di depan komplek kayak biasa. Lo mau jajan terserah tapi jangan mahal-mahal."
"Dih, pelit."
"Belom gajian gue."
"Lagian kenapa gak lo beli sekalian tadi pas pulang?" Tanya Naura sedikit kesal.
"Lupa gue kalo sabun habis. Buruan ah lo kebanyakan ngelamun dari tadi. Si Julian itu gak usah dipikirin lah, fokus sekolah yang bener."
"Iya iya."
🌜🌜🌜
Di sinilah Naura sekarang. Setelah mengambil sabun mandi cair sesuai pesanan ia pun iseng berjalan menuju rak camilan. Naura mengambil beberapa camilan untuk dirinya. Tapi saat hendak bayar Naura merasa jika belanjaannya terlalu banyak. Takut kakaknya mengomel, akhirnya Naura mengembalikan semua camilan itu ke tempat semula dan hanya menyisakan minuman berasa untuk dirinya.
Tibalah giliran Naura untuk membayar. Tak butuh waktu lama karena belanjaan miliknya pun tak banyak. Setelah selesai berbelanja Naura segera pulang tanpa lupa membeli gorengan depan komplek untuk Feranda. Naura harus sedikit berhati-hati ketika di depan komplek karena banyak preman-preman yang suka nongkrong di malam hari.
Langkahnya dipercepat saat jalan pulang. Tadi Naura sempat melihat satu preman yang terus melirik ke arahnya. Seram. Seharusnya tadi Naura memakai motor milik kakaknya saja agar cepat dan tak berbahaya. Tadi Naura hanya berpikir jika jalan kaki lebih sehat sekalian menjernihkan pikirannya dari Galang.
Ah, ya. Galang. Entah kenapa Naura terus kepikiran cowok itu sejak kejadian pulang sekolah. Naura merasa hari ini sangat banyak insiden yang terjadi. Mulai dari Julian yang dipukuli oleh Galang, lalu Galang yang mencium pipinya. Ngomong-ngomong soal Julian, cowok itu belum memberi kabar sejak pulang sekolah padahal Naura kangen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Baby Boy (Complete)
Teen FictionBerawal dari menyukai seorang gadis bernama Naura secara diam-diam selama tiga tahun hingga akhirnya Galang memutuskan untuk mengikuti kemana pun arah gadis itu melangkah. Perasaan suka yang awalnya biasa lama-lama membuat Galang Elvano melakukan se...