Jadi penyebab Kana kehilangan penglihatannya sejak kecil adalah karena Galang ya. Kenapa? Kenapa semua itu harus ditutupi? Kenapa orang tuanya tidak memberitahu Galang sejak awal? Seharusnya jika tahu dari awal mungkin Galang bisa lebih tahu diri dan menjaga kakaknya. Ya, seharusnya seperti itu.
Menyesal? Tentu. Tapi Galang juga merasa lega karena akhirnya rasa penasarannya terjawab. Kini Galang hanya bisa mengurung diri di kamar hingga sore hari. Keluarganya pun sudah pulang dan langsung menyerbu pintu kamarnya yang terkunci.
Galang hanya bisa duduk menekuk lutut di dalam kamarnya sambil menangis.
Tok tok tok
"Nak, buka pintunya!"
Itu suara mamanya. Galang semakin memeluk erat kedua lututnya. Bagaimana ini? Galang benar-benar menyesal dengan semua perbuatannya terhadap Kana selama ini. Ia terlanjur malu pada keluarganya. Selama ini Galang bersikap seenaknya tanpa tahu semua asal usulnya. Galang malu. Sangat malu. Bahkan untuk berhadapan dengan orang tuanya pun Galang merasa tak sanggup apalagi dengan Kana.
Tiba-tiba benda pipih hitam yang tergeletak di sebelahnya itu menyala. Mata Galang yang basah itu mengerjap pelan. Kana meneleponnya.
"Ck. Mau apa sih," gumamnya sambil sesenggukan.
Satu panggilan dari Kana terabaikan. Jika kalian bertanya bagaimana Kana bisa meneleponnya, ayolah kini teknologi sudah canggih. Kana hanya bisa menggunakan ponselnya untuk menelepon.
Kana kembali meneleponnya untuk yang kedua kali. Cukup lama Galang hanya memandangi layar ponselnya yang menyala itu, ia pun memutuskan untuk menerima panggilan teleponnya.
"Selama ini lo pasti udah tau kan?" ujar Galang langsung begitu ia menekan tombol hijau untuk menerima panggilan.
"Buka pintunya dulu. Kasian mama papa."
"Jawab gue! Lo pasti udah tau kan?"
"Tau apa?"
"Lo buta gara-gara gue."
Hening sesaat. Kana tak menjawab. Galang pun tersenyum sinis.
"Kenapa lo selama ini pura-pura gak tau? Disuruh mama papa juga? Kenapa kalian sembunyiin ini dari gue? Dan kenapa gue harus tau dari orang lain?"
"Kakak gak tau, Lang."
"Pembohong!"
BRAKK
Galang reflek menjatuhkan ponselnya. Pintu kamarnya tiba-tiba didobrak dari luar. Siapa lagi kalau bukan ulah papanya.
"Papa gak suka kamu ngunci diri kayak gini!" tukas Rangga dengan tegas.
"P-Papa."
"Nak!"
Ghiska berlari masuk dan langsung memeluk tubuh Galang yang gemetar. Tangisan Galang pun kembali pecah. Memang pada dasarnya Galang tetaplah anak cengeng kesayangan mamanya. Ia selalu lemah ketika Ghiska sudah memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Kalo ada apa-apa cerita jangan ngunci diri kayak gini, Galang!" Rangga kembali bersuara dengan nada yang agak tinggi.
Meski nada bicaranya terdengar seperti orang yang sedang marah, tak bisa dipungkiri jika Rangga juga sangat khawatir. Awalnya Rangga memang membiarkan Galang menyendiri untuk sementara waktu, setidaknya sampai ia dan istrinya kembali dari acara reunian kecil tadi. Tapi begitu sampai rumah Galang malah sedang mengunci diri di kamar. Bukan apa-apa, Rangga terutama Ghiska hanya takut jika anak mereka melakukan sesuatu yang tidak diinginkan karena mereka tahu Galang adalah anak yang nekat. Begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Baby Boy (Complete)
Teen FictionBerawal dari menyukai seorang gadis bernama Naura secara diam-diam selama tiga tahun hingga akhirnya Galang memutuskan untuk mengikuti kemana pun arah gadis itu melangkah. Perasaan suka yang awalnya biasa lama-lama membuat Galang Elvano melakukan se...