Mendekati ending akan lebih banyak family scene
🌜🌜🌜
Galang menerima suapan demi suapan nasi dari Naura sambil salah tingkah sendiri. Tidak sendiri sih karena sebenarnya Naura juga terlihat malu-malu selama menyuapinya makan. Karena Galang belum makan sejak pagi jadinya Naura berinisiatif menyuapi cowok manja itu. Bahkan kata Ghiska dari kemarin Galang jarang makan. Efek dari mengurung diri di kamar. Cowok itu selalu malas makan dan solusinya harus ada yang menyuapi sedangkan Galang malah mengurung diri di kamar. Naura tak habis pikir dengan kebiasaan Galang yang seperti itu.
Setelah selesai makan dan Naura juga ikut makan, keduanya sama-sama terdiam. Duduk saling berhadapan di karpet.
"Gue mau nanya," sahut Naura membuka suara.
"Apa?"
"Enggak jadi deh, mending lo yang cerita. Gue juga gak tau harus nanya apa."
Galang mendengus. Mereka kembali terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya Galang mulai bercerita.
"Dulu aku pernah dibully gara-gara punya anggota keluarga yang cacat. Sejak itu aku jadi gak suka dan malu ngakuin dia ke orang-orang."
Naura berdecak. "Tetep aja itu bukan alesan yang simpel kalo lo sampe nyiksa kakak lo sendiri, Galang."
"Bukan cuma itu. Papa mama lebih perhatian ke si buta karena dia buta. Sedangkan aku jarang diperhatiin. Papa sering marahin aku. Aku sering ngerasa gak pernah dianggap di rumah ini. Apalagi papa yang selalu ngutamain si buta itu." Galang pun menunduk. "Makanya aku semakin benci dia."
Naura diam mencermati cerita Galang sambil perlahan memahami. Ia sudah mendengar sebagian cerita dari Ghiska dan juga kedua sahabat Galang jadi kini gilirannya mendengar cerita dari sudut pandang Galang.
"Sori Lang, tapi ... Kak Kana buta dari lahir?" tanya Naura dengan ragu.
Galang pun menggeleng. "Gak tau. Mama sama papa gak pernah cerita penyebab dia buta tapi yang jelas mereka selalu ngasih perhatian lebih. Aku jadi benci sama keluarga ini sekalipun itu mama."
"Mungkin ada penyebabnya? Setau gue sih Tante Ghiska itu penyayang. Ke gue aja perhatian masa ke lo yang anak kandungnya sendiri begitu? Gue kurang yakin."
"Terserah kamu mau percaya enggak, Naura. Tapi papa gak pernah ada di pihak aku. Waktu hari kamu ke dateng ke sini itu aku gak masuk sekolah karena orang tua aku berantem. Dan aku gak sengaja denger papa malah nyalahin mama atas sikap aku selama ini. Aku gak suka papa nyalahin mama. Ditambah lagi papa juga gak pernah liat sisi baik aku," jelas Galang.
Galang benar-benar menceritakan semua yang ia rasakan meskipun entah salah atau benar di mata Naura. Sudah lama Galang ingin mencurahkan semua perasaan dan emosi di hatinya tapi ia selalu bingung dan tak punya tempat yang pas selain Biru dan Rena. Kini ia bersyukur bisa menceritakannya pada Naura. Setidaknya ia bisa mulai tidak berpura-pura lagi di depan gadis itu.
"Aku sering buat ulah biar mereka lebih perhatian. Aku suka dimanja tapi kadang mama gak ada waktu. Semuanya sibuk perhatiin dia," gumam Galang.
Naura menghela napas. Perlahan ia bisa mulai mengerti bagaimana diri seorang Galang. Sangat berbeda dengannya yang bahkan ingin bermanja-manja saja tidak ada wadahnya. Kedua orang tuanya sudah meninggal jadi Naura dituntut untuk hidup mandiri dan serba bisa meskipun masih ada kakak dan neneknya. Keluarganya juga sibuk mengurusi urusan masing-masing. Naura bahkan dituntut untuk menjadi sempurna agar bisa menutupi kekurangan keluarganya.
"Pasti semua ada alesannya, Lang. Gue yakin orang tua lo gak sepenuhnya kayak gitu. Gue ngerti kok gimana rasanya pengen diperhatiin tapi gak bisa. Tapi setidaknya lo enak masih punya orang tua. Lo bahkan bisa berbuat onar biar dapet perhatian sedangkan gue ... udah gak bisa." Naura tersenyum getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Baby Boy (Complete)
Teen FictionBerawal dari menyukai seorang gadis bernama Naura secara diam-diam selama tiga tahun hingga akhirnya Galang memutuskan untuk mengikuti kemana pun arah gadis itu melangkah. Perasaan suka yang awalnya biasa lama-lama membuat Galang Elvano melakukan se...