Setelah dua hari menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Valen diizinkan pulang. Namun, ada sesuatu yang membuatnya kecewa. Aga tidak pernah datang lagi setelah berjanji akan selalu menjaganya, hanya Sandi yang tak pernah absen ada di sana. Siang hari bersama Sandi, dan malam hari ia akan bersama Helna. Valen semakin yakin untuk tidak pernah percaya dengan ucapan laki-laki.
Helna pergi ke kantor sesudah memastikan Valen baik-baik saja berada di apartemen. Sandi yang menawarkan diri untuk menemaninya, ia suruh pulang dan mengatakan untuk tidak menemuinya lagi. Valen tidak ingin berurusan dengannya terlebih Sandi masih bersangkutan dengan Aga. Namun, sebelum lelaki itu pulang, ia meminta untuk saling menyimpan nomor dengan Valen untuk mengetahui bagaimana perkembangan kesehatannya.
Valen yang mengenakan cardigan crap top putih berbahan rajut tanpa bra, berpadu dengan hot pants uniqlo berwarna navy memilih bersantai di ruang tamu dengan televisi menyala, sedangkan dirinya fokus pada laptop milik Helna di pangkuan. Ia melanjutkan pencarian Nata Avelir meski pihak perusahaan sudah menyuruhnya berhenti. Rasa penasaran yang sudah melekat mengharuskan ia menemukan sosok itu.
Putri bungsu konglomerat Zidan Maheswara, Aludra Carmelita Maheswara merayakan ulang tahun ke-17 di hotel berbintang. Siapa yang tidak mengenal Bapak Zidan Maheswara? Beliau adalah pengusaha dan tokoh politik asal Indonesia.
Valen melirik pada layar persegi datar 32 icnh yang menampilkan tengah berita orang terkaya paling muda di Indonesia. Meskipun ia tidak terlalu mengikuti acara televisi, tapi nama itu tidak asing karena selalu menjadi topik hangat saat di kantor. Ada yang mengatakan kalau putra semata wayangnya kini menjadi CEO Cahaya Media dan merupakan CEO termuda setelah Zidan menyerahkan perusahaan itu kepada sang putra.
Di usia ke 65 tahun, Bapak Zidan sudah memiliki kekayaan sebanyak Rp 14 trilliun. Dalam acara kali ini, semua anggota keluarganya datang termasuk CEO Cahaya Media. Ketiga putri dan seorang putra menjadi penyempurna dari keluarga tersebut.
Tubuh Valen berjingkat saat mendengar suara pintu diketuk. Siapa yang datang pagi-pagi seperti ini? Wanita itu mengecek ponsel yang tergeletak di sisi kanan tubuhnya, masih pukul sembilan pagi dan tidak ada panggilan atau pesan dari Helna jika ia akan kembali cepat.
Wajah dengan pipi tembam tidak mempedulikan ketukan itu, ia berpikir pasti tamu di kamar sebelah. Namun, ketukan itu tak kunjung berhenti malah semakin keras. Mau tidak mau, Valen pun berjalan ke arah pintu saat acara televisi tengah menampilkan sosok CEO muda dengan wajah yang terlalu indah untuk diabaikan.
Baru saja Valen melihat siapa yang datang, ia segera mendorong pintunya agar tertutup yang tentu saja kalah dengan kekuatan Andra. Tubuh setinggi dada lelaki di hadapannya itu beringsut mundur, kedua tangan di belakang punggung mencoba mencari apa pun untuk mengusir Andra.
"Ngapain lo ke sini? Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi! Gue juga nggak mau ketemu sama lo lagi, pergi!"
Andra terus mengikis jarak dengan Valen setelah memastikan pintu terkunci. Ia sudah hampir gila karena tidak mendengar kabar dari Valen. Semua nomor yang digunakan untuk menelepon Valen saat nomornya sendiri sudah diblokir tidak satu pun mendapat jawaban.
"Please, dengerin aku dulu, Sayang. Aku kira malam itu kamu, aku nggak mungkin ngelakuin hal kayak gitu kalau bukan sama kamu." Lelaki beralis tebal dengan mata kecil itu berhasil meraih tangan kiri Valen yang masih terbalut perban. "Ini kenapa? Siapa yang udah ngelakuin ini sama kamu?"
Satu tamparan keras mengenai pipi kiri Andra. "Jangan sentuh gue! Gue nggak mau lihat lo lagi. Pergi!"
Lelaki itu terpaku dengan sikap Valen yang berputar balik dari kekasih yang ia kenal sebelumnya. Ia menyentuh sisi wajahnya yang panas, senyuman pun muncul dengan kekehan. "Udah bisa kasar sekarang, hmm? Siapa yang ngajarin?"
Valen semakin takut melihat wajah Andra, ia meraih apa pun untuk dilemparkan pada Andra sambil terus menyuruhnya pergi. Termasuk gelas yang tadi ia gunakan minum, tapi semua itu berhasil Andra hindari. Lelaki itu mendorong tubuh Valen hingga terjatuh di atas sofa. "Ma-mau apa lo? Pergi sebelum gue telepon polisi!"
Terlambat, belum sampai Valen menyentuh ponselnya, tubuh kecilnya sudah ditindih oleh tubuh jangkung Andra. Darah wanita itu berdesir saat tangan lelaki menyentuh bibir pucatnya yang tidak memakai riasan apa pun hari ini. "Aku tahu kalau kamu kangen sama aku. Kamu nggak mungkin bisa jauh dari aku, Sayang."
Valen menahan agar tubuh Andra tidak berhasil menyentuhnya. Teringat bagaimana lelaki itu bercumbu dengan adiknya, membuat Valen muak bertemu dengan Andra. Wanita itu tertawa mendengar ucapan manis dari bibir pembual. "Lo salah! Gue akan pergi jauh sampai lo nggak bisa liat gue lagi."
"Kamu ...." Andra terkejut. Lelaki itu masih memandang lekat manik Valen yang mengatakan kalau dia tidak bercanda.
Valen yang mengetahui kondisi lawan lengah, langsung mendorong dada Andra menjauh. Namun, gerakan itu malah membuat Andra dapat menahan kedua tangannya.
"Nggak, Sayang. Kamu nggak boleh ke mana-mana lagi. Aku nggak mau kehilangan kamu. Kita masih bisa bicara baik-baik, tapi kamu harus percaya dengan aku." Mata Andra memerah karena mengetahui wanita yang tengah ia cintai tengah membencinya.
"Gue nggak punya waktu lagi buat ngurusin lo, Ndra. Hubungan kita udah selesai di malam itu." Suara serak beradu dengan tubuh bergetar, air mata yang ia tahan sejak melihat kedatangan lelaki tersebut pun mengalir pelan.
Andra menggeleng kuat. Kecelakaan kemarin tidak bisa memisahkannya dengan Valen. Ia menyentuh rahang Valen dan menahannya. Tak butuh izin, ia segera mencium bibir wanita itu dengan kasar.
Huh, ketemu penyakit alias luka emang sesakit itu? 🤕🤕
Makasih yang udah vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Me Up
RomanceValen, seorang wanita yang memiliki nyawa lebih dari satu. Merasa hidup sebatang kara di tengah keluarga yang tak pernah menganggapnya. Ia mendapat tugas untuk menemukan seorang penulis berbekal nama pena, tanpa identitas lengkap. Sebagian karya cet...