18. Sifat baru Aga

44 4 0
                                    

Mobil yang dikendarai Sandi berhenti di depan sebuah rumah lumayan besar. Ada plakat bertuliskan jam buka tempat untuk mengobati orang sakit tersebut. Sandi segera turun dan menuju bagasi mobil.

"Fido nggak mau ketemu Om Arsa! Fido mau pulang! Fido nggak mau disuntik!" Tiba-tiba anak kecil di samping Valen itu menangis dan berteriak histeris.

"Siapa yang sakit, Ga?" tanya Valen.

Aga menatap dua orang itu bergantian, tetapi lebih dulu menenangkan Fido sambil berkata, "Om mau ngantar Tante Cantik periksa. Kamu mau di sini apa ikut ke dalam?"

Tangis Fido memelan. Ia bergerak menangkup Valen. "Tante sakit apa? Jangan sakit, Tante. Nanti Fido nggak ada teman main lagi." Aga sampai menggeleng melihat respons Fido yang seperti itu. Ia segera turun untuk membantu Sandi.

Wanita itu tersenyum, meski di dalam hati masih ingin protes pada Aga kalau dia tidak sakit. "Tante nggak sakit, kok. Nanti habis dari sini kita main lagi, ya?"

Anak kecil itu mengangguk semangat dan segera turun. Valen menyandarkan punggung, rasanya ia ingin kabur dari Aga. Lelaki itu sama sekali tidak memberinya ruang bebas untuk bergerak.

Aga membuka pintu samping Valen dengan mendorong kursi. Ia memasang wajah datar yang menyeramkan dan juga seksi. "Ayo naik."

"Kamu mau ngapain lagi?" tanya Valen bingung. Ia tak habis pikir dengan sikap lelaki di hadapannya itu.

"Ayo naik. Apa kamu mau aku gendong buat masuk ke dalam." Aga lebih mendekatkan kursi beroda itu ke sisi Valen untuk memudahkan wanita itu pindah posisi.

Valen kembali menimpali, "Tapi aku masih bisa jalan, ngapain harus naik kursi roda? Kayak orang sakit parah aja. Udah, masukin mobil lagi aja."

"Luka kamu itu dalam, kalau keseringan dibuat gerak bisa bengkak lagi kayak kemarin. Terus demam lagi. Tapi kalau kamu nggak mau, ya udah. Kita balik aja ke rumah. Nggak usah pulang." Aga mengeraskan satu kalimat terakhir. Ia juga sudah menarik kursi rodanya mundur.

"Kita ngapain ke sini, sih? Kan, aku minta pulang," ucap Valen.

"Iya, habis dari sini aku antar pulang. Nggak mungkin aku antar dengan penampilan kamu kayak gitu."

Valen melirik penampilannya yang masih mengenakan pakaian milik Aga, rambutnya juga masih belum ia ikat. Ia ingin protes lagi pada Aga, tetapi wajah menyeramkan lelaki itu tidak bisa diajak untuk berdebat panjang.

"Iya, iya. Aku naik," putus Valen akhirnya. Ia tidak ingin kembali ke rumah Aga dan bertemu dengan orang-orang baru lagi.

Lelaki itu kembali mendekatkan kursi roda tepat di sisi mobil. Mau tak mau Valen langsung duduk di sana dengan wajah masam. Ia diperlakukan seperti orang sakit parah.

"Tante, Fido juga mau naik di situ," kata anak kecil itu. Ia mulai meronta di gendongan Sandi.

"Fido yang pinter, kalau mau ikut masuk berarti nanti harus disuntik sama Om Arsa. Fido mau?" Mendengar ancaman Aga, anak kecil itu mengeratkan pelukannya pada Sandi sambil menggeleng kuat.

Pintu bangunan yang digunakan Arsa menerima pasien terbuka, mungkin karena suara keributan kecil yang terdengar sempat mengusiknya.

"Silakan masuk," ucap lelaki berlesung pipi itu. "Untung saya belum berangkat ke rumah sakit."

Aga meletakkan kursi beroda di samping salah satu ranjang tempat tidur.

"Sorry, tapi ini cuma bentar. Kamu liat lukanya Valen, udah bisa banyak jalan atau belum? Sekalian kasih dia obat biar lukanya cepat sembuh," terang Aga sambil menggeser tubuhnya saat Arsa mendekati Valen.

Wake Me UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang