Suara dering ponsel milik Valen di atas meja bersamaan dengan suara pintu rumah yang terbuka. Sandi segera mengambil ponsel dan membuat deringnya berhenti, ia melangkah ke Aga dengan membawa benda pipih tersebut.
"Gimana keadaannya?" tanya Aga dengan langkah lebar.
"Dia lagi tidur di sofa, gue suruh tidur di kamar tapi dianya nggak mau. Ini temennya nelpon gimana? Diangkat atau nggak?" Sandi menggoyangkan benda persegi panjang sambil menunggu jawaban dari Aga.
"Biar gue yang ngomong." Aga menerima ponsel itu, lalu membawanya ke ruang makan, Sandi mengikutinya dari belakang. Aga menggeser ikon hijau dan mendekatkan benda pipih itu ke telinga.
"Halo, Valen. Lama banget, sih? Nyokap lo ngamuk di kantor, dikira pihak kantor yang nyembunyiin lo. Dia minta ketemu sama lo, gue ajak ke apartemen gimana? Nggak enak sama yang lain. Biar gue ngajak Bara buat mastiin kalo situasi tetap aman."
"Tolong datang ke rumah saya saja, Valen ada di sini," jawab Aga tanpa berpikir lama.
"Lo siapa? Kok bisa Valen sama lo?"
"Datang saja ke perumahan Green Permata nomor 12. Saya tunggu." Aga memutuskan sambungan, lalu meletakkan ponsel di atas meja makan. Ia duduk di hadapan Sandi setelah melepas dan menyampirkan jas pada sandaran kursi.
"Kayaknya hidup perempuan itu hancur banget, ya?" celetuk Sandi yang menangkap sinyal aneh dari Aga.
"Bagian tubuh mana lagi yang Valen sayat? Lukanya dalam apa nggak?" Enggan menanggapi pertanyaan Sandi karena jawaban dari pertanyaan darinya ini lebih penting.
"Maksud lo bunuh diri lagi? Emang siapa yang bilang kalau dia bunuh diri?"
"Lo tadi bilang dia luka, Sandi." Aga mendengkus.
Lelaki di seberang malah terkekeh. Kemudian, menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana Valen ketakutan sampai wanita tertidur di sofa ruang tamu.
"Syukurlah, kalau dia nggak sampai bunuh diri lagi. Kata Dokter Arsa kemarin, pikiran dia harus selalu tenang, kalau terus dibiarkan tinggal dalam tekanan, dia nggak jamin kalau mental Valen bakal terganggu. Sebelum itu terlambat, gue yang bakal jagain dia." Setelah berkata panjang, Aga bangkit dan berjalan menuju sofa.
Rambut panjangnya bergerak indah saat tubuhnya berjongkok di depan wajah pias yang terpejam. Wanita yang datang dan berhasil merubah jalan hidupnya dalam satu malam.
Selimut yang menutupi tubuh Valen ia singkap perlahan. Pandangannya meneliti pada tapak kaki kiri yang dililit perban, ia pastikan kalau itu adalah luka terakhir.
Dengan pelan, tangan kiri Aga menelusup di bawah leher Valen serta tangan kanan berada di bawah lipatan lutut. Akan tetapi, baru saja Aga bergerak, mata Valen terbuka dan menjauhkan diri dari Aga.
"Ini aku, aku mau pindahin kamu ke kamar. Tidur lagi aja," ucap Aga. Wanita itu mengangguk, lalu memejamkan matanya kembali.
Aga pun membawa wanita itu ke kamar tamu yang berada di lantai satu. Ia meletakkan tubuh itu ke atas king size, lalu menutupinya dengan selimut. Setelah yakin Valen mendapat posisi nyaman, Aga meninggalkan kamar tersebut dan kembali bergabung dengan Sandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Me Up
RomanceValen, seorang wanita yang memiliki nyawa lebih dari satu. Merasa hidup sebatang kara di tengah keluarga yang tak pernah menganggapnya. Ia mendapat tugas untuk menemukan seorang penulis berbekal nama pena, tanpa identitas lengkap. Sebagian karya cet...